Sunni dan Syiah, perbedaan dan kesamaan
28/11/2012 9 Komentar
Konflik Sunni dan Syiah yang terjadi pekan lalu di Sampang, Madura, membuat banyak orang mulai bertanya ada apa sebenarnya dengan Syiah. Siapa mereka dan kenapa bisa berlanjut konfliknya hingga bersimbah darah? Menteri Agama Indonesia ke-15, Muhammad Quraish Shihab, membedah dua kelompok ini dalam buku yang berjudul Sunnah-Syiah, Bergandengan Tangan, Mungkinkah?
Pria 68 tahun ini mengawali kisah dua kelompok besar ini dengan menjelaskan apa itu perbedaan dalam Islam. Ia kemudian membedah perbedaan umum antara Sunnah dan Syiah. Menurut lelaki kelahiran Sulawesi selatan ini, secara umum ada dua kelompok umat Islam dengan jumlah pengikut yang besar yaitu kelompok Ahlussunnah wa al-Jamaah dan kelompok Syiah.
Kelompok pertama secara harfiah dari kata Ahl as-sunnah adalah orang-orang yang konsisten mengikuti tradisi Nabi Muhammad. Baik dalam tuntunan lisan maupun amalan serta sahabat mulia beliau. Golongan ini percaya perbuatan manusia diciptakan Allah dan baik buruknya karena qadha dan qadar-Nya. Kelompok Ahlussunah juga memperurutkan keutamaan Khulafa”ar-Rasyidin sesuai dengan urutan dan masa kekuasaan mereka.
Shihab mengaku kesulitan untuk menjelaskan siapa saja yang dinamai Ahlussunah dalam pengertian terminologi. Secara umum, melalui berbagai pendapat, golongan ini adalah umat yang mengikuti aliran Asy”ari dalam urusan akidah dan keempat imam Mahzab (Malik, Syafi”i, Ahmad bin Hanbal, dan Hanafi).
“Sebelum memulai dengan siapa Syiah, perlu digarisbawahi, kelompok Syiah pun menamai diri Ahlussunah,” ujar dia. Tapi definisinya tentu berbeda. Syiah memang mengikuti tuntunan sunah Nabi, tapi ada sejumlah perbedaan bentuk dukungan dan tuntunan itu.
Muhammad Jawad Maghniyah, ulama beraliran Syiah, mendefinisikan tentang kelompoknya. Syiah yang secara kebahasaan berarti pengikut, pendukung, pembela, dan pecinta ini adalah kelompok yang meyakini bahwa Nabi Muhammad telah menetapkan dengan nash (pernyataan yang pasti) tentang khalifah beliau dengan menunjuk Imam Ali.
“Definisi ini hanya mencerminkan sebagian dari golongan Syiah, tapi untuk sementara dapat diterima,” kata Shihab.
Perbedaan antara Syiah dan Ahlusunnah yang menonjol adalah masalah imamah atau jabatan Ilahi. Khususnya ada tiga hal pokok yang diyakini Syiah dan ditentang Ahlussunnah. Ketiganya adalah pandangan tentang Nabi belum menyampaikan seluruh ajaran/hukum agama kepada umat, imam-imam berwenang mengecualikan apa yang telah disampaikan Nabi Muhammad SAW, dan imam-imam mempunyai kedudukan yang sama dengan Nabi dalam segi kemaksuman (keterpeliharaan dari perbuatan dosa, bahkan tidak mungkin keliru dan lupa)
Keberatan itu, tulis Shihab, tertuang dalam buku karangan Syaikh Abu Zahrah berjudul Tarikh al-Maadzahib al-Islamiyah. Bagi kaum Syiah, imam yang mereka percayai ada dua belas orang jumlahnya. Mulai dari Imam Ali hingga Imam Mahdi. Mereka adalah manusia pilihan Tuhan yang kekuasaannya bersumber dari Allah. (ditulis oleh DIANING SARI, pada TEMPO.CO, Jakarta)
Konflik Sunni dan Syiah, Realitas atau Rekayasa?
Terulangnya peristiwa penyerangan komunitas Syiah di Sampang Madura, sungguh telah mencoreng kerukunan umat beragama di Indonesia. Ironisnya, peristiwa ini terjadi di Sampang yang merupakan komunitas muslim NU yang selama ini dikenal dengan toleransi beragamanya yang kuat. Dan sebenarnya, beberapa tradisi di kalangan NU, sedikit banyak dipengaruhi atau banyak kesamaan dengan tradisi-tradisi di kalangan Syiah.
Karena itu, muncul dugaan bahwa sebenarnya peristiwa itu bukan berawal dari perbedaan mazhab antara Sunni (Aswaja) dan Syiah, melainkan dipicu oleh masalah yang tidak terkait dengan hal itu. Kompasianer Dewa Gilang dalam tulisannya yang berjudul “Minyak Tergenang di Syiah Sampang”, mengungkapkan hasil investigasi Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras). Media online Okezone.com, 8/03/2012, merilis berita temuan Kontras Surabaya tentang fakta-fakta bahwa konflik Sampang ini sengaja diciptakan untuk eksplorasi minyak dan pengembangan investasi di kawasan tersebut. Meskipun belum bisa dibuktikan kebenarannya, temuan tersebut patut kita tunggu hasil akhirnya.
Sementara itu, seperti dirilis Kompas.com, Mendagri Gamawan Fauzi menyatakan bahwa kerusuhan di Sampang, Madura, bukan masalah agama, melainkan masalah kriminal murni. “Kejadian di Sampang merupakan kriminal murni dan konflik keluarga yang berkembang di masyarakat, bukan masalah Syiah maupun anti-Syiah,” ujarnya kepada wartawan seusai menggelar rapat koordinasi tertutup di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (27/8/2012) malam.
Ia menjelaskan, kasus ini berawal dari permasalahan keluarga sejak 2004 hingga sekarang, yaitu antara Tajul Muluk dan Rois yang mempunyai masalah pribadi dan tersebar di masyarakat luas. “Kebetulan keduanya berbeda aliran, satu Syiah dan satunya Sunni. Mereka juga memiliki anak buah banyak. Dari sinilah persoalannya, bahwa masalah awal bukan masalah agama, tapi pribadi yang dimiliki oleh kedua orang tersebut,” tuturnya.
Pada perkembangan selanjutnya, Beritasatu.com mengungkapkan bahwa Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo mengumumkan penyidik telah menetapkan seorang tersangka berinisial R dalam kasus kerusuhan yang terjadi di Sampang, Madura, Minggu (26/8) lalu.
Menurut saya, dugaan konflik keluarga sebagai pemicu peristiwa Sampang lebih masuk akal dan dapat langsung dibuktikan dengan bukti-bukti awal dan dengan merunut motif pada pelakunya. Namun temuan awal Kontras tetap harus ditindaklanjuti. Jika temuan itu dapat dibuktikan, maka akan dapat mengungkap motif peristiwa yang jauh lebih besar dan penting untuk diungkap.
Konflik Sunni-Syiah, Realitas atau Rekayasa?
Jika kita menengok ke belakang, tentang pengenalan kita kepada mazhab Syiah dalam Islam, kita akan teringat kembali pada peristiwa revolusi Islam di Iran yang akhirnya pada tahun 1979 mampu menghentikan kekejaman rezim Syah Reza Pahlevi, penguasa otoriter yang didukung Amerika, yang berkuasa 37 tahun.
Ketika banyak umat Islam di seluruh dunia yang menaruh harapan pada keberhasilan revolusi Islam Iran, yang tidak hanya mampu menurunkan penguasa otoriter, tapi juga menggantikannya dengan sistem pemerintahan Islam seperti yang kita kenal di negara Iran sekarang ini. Banyak umat Islam yang berharap dapat melakukan hal serupa pada negara-negara mereka yang dikuasai oleh pemerintah otoriter, yang ironisnya didukung oleh Amerika yang mengklaim diri sebagai kampiun demokrasi. Bahkan pemerintahan Saddam Husein pun mendapat dukungan Amerika ketika memutuskan untuk menyerang Iran ketika itu.
Namun, keadaan tiba-tiba berbalik arah. Dunia Islam tiba-tiba menganggap Islam di Iran sebagai sesuatu yang sangat berbeda dengan Islam di negara-negara muslim lainnya. Saya masih ingat, ketika itu banyak saya jumpai buku-buku yang ditulis oleh kalangan Islam sendiri yang menyerang Khomeini. Ayatullah Khomeini yang sebelumnya dielu-elukan sebagai tokoh pembebas, tiba-tiba dicitrakan sebagai tokoh yang intoleran dan kejam. Selain itu, banyak juga ulasan yang menyerang mazhab Syiah sebagai mazhab yang menyimpang dari mainstream Islam. Ketika itu saya belum banyak memahami fenomena ini, tapi terus mengikuti perkembangannya.
Akhirnya saya mengetahui peta perkembangannya. Keberhasilan revolusi Islam Iran, tak pelak lagi telah menohok begitu keras hegemoni Amerikia sebagai pelindung penguasa otoriter Syah Reza Pahlevi. Amerika sebagai musuh besar Iran, berusaha mengecilkan dan membendung pengaruh revolusi di Iran tersebut. Maka diblow up lah perbedaan antara Sunni dan Syiah, sampai pada gap paling ekstrem sekalipun. Sebelumnya, perbedaan antara Sunni dan Syiah tidak pernahmencapai kondisi seekstrem ini. Sayangnya, banyak Negara dan umat Islam yang termakan oleh rekayasa ini. Sangat disayangkan pula, Arab Saudi berdiri paling depan dengan fatwa-fatwa para ulamanya yang begitu keras terhadap eksistensi Syiah ini. Sementara fenomena westernisasi dibiarkan terjadi di kota-kota besar di Arab Saudi. Tapi alhamdulilah, fenomena itu belum mengganggu dua kota suci Mekkah dan Madinah.
Kita juga masih ingat, bagaimana ketika agresi Amerika ke Irak dengan dalih mencari senjata pemusnah massal, telah mengubah struktur masyarakat Irak yang bersatu menentang rezim Saddam Husein, menjadi terpecah antara kaum Sunni dan Syiah. Amerika sengaja memprovokasi perpecahan ini untuk memudahkan pendudukannya atas Irak. Tokoh-tokoh Sunni dan Syiah sendiri sebenarnya sudah melakukan upaya untuk menahan meluasnya perpecahan ini dengan menyatakan bahwa “musuh kami bukan Syiah atau Sunni”. Tapi sayang insiden-insiden pemboman yang mengorbankan kedua belah pihak tetap saja terjadi.
Fakta-fakta di atas mengindikasikan bahwa konflik dan pertentangan antara Sunni dan Syiah lebih didasari oleh pertentangan politik daripada hal-hal yang bersifat teologis. Sebenarnya perbedaan-perbedaan secara teologis telah banyak dilakukan upaya dialog untuk mempersempit perbedaan dan menemukan persamaan-persamaan. Tapi selama konflik kepentingan dan politik tak terselesaikan, tampaknya upaya-upaya itu seperti sia-sia.
Konflik Sunni-Syiah di Indonesia, Bagaimanakah?
Ketika pertama kali terjadi peristiwa penyerangan komunitas Syiah di Sampang, muncul pertanyaan di benak saya, sejak kapankah pertentangan faham antara Sunni dan Syiah di Indonesia berubah menjadi konflik horizontal? Kejadian ini sangat mengejutkan bagi saya. Pandangan saya terhadap Syiah berbeda dengan pandangan saya terhadap Ahmadiyah. Syiah telah berkembang dalam kurun waktu yang panjang dengan konsep fikih dan teologi yang cukup berpengaruh, yang bahkan ada sebagian intelektual muslim yang menyebutkannya sebagai mazhab kelima dalam Islam. Sedangkan Ahmadiyah sangat terlihat sebagai gerakan yang erat kaitannya dengan dukungannya terhadap kolonialisme Inggris di India pada masanya.
Beberapa tradisi yang berkembang pada masyarakat Islam di Indonesia sendiri, terutama di kalangan NU, boleh jadi dipengaruhi atau banyak kesamaan dengan tradisi-tradisi di kalangan Syiah. Tradisi membaca Barzanji dan Grebeg Suro adalah contoh pengaruh tradisi Syiah yang berkembang di Indonesia. Konsep kedatangan Imam Mahdi juga berkembang di Indonesia, terutama di Jawa, yang disebut dengan kedatangan Ratu Adil.
Namun pengaruh Syiah tersebut hanya melekat pada tradisi-tradisi ritual saja, tidak sampai pada konsep fikih dan teolgisnya. Secara formal, umat Islam di kalangan NU tetap memegang doktrin Ahlussunnah Wal Jamaah. NU tetap menjujung tinggi empat khalifah penggantri Nabi. NU juga tidak terpengaruh oleh konsep Imamah dalam Syiah.
Perbedaan antara Sunni dan Syiah yang paling mendasar sebenarnya berawal dari penolakan Syiah terhadap tiga khalifah selain Ali bin Abi Thalib (Abu Bakar, Umar dan Utsman). Penolakan ini menjadikan perbedaan pandangan yang tajam antara Syi’ah dan Sunni dalam penafsiran Al-Qur’an, Hadits, mengenai Sahabat, dan hal-hal lainnya. Sebagai contoh perawi Hadits dari Muslim Syi’ah berpusat pada perawi dari Ahlul Bait, sementara yang lainnya seperti Abu Hurairah tidak dipergunakan.
Dalam Syiah sendiri juga berkembang tiga aliran besar, yaitu Syiah Itsna ‘Asyariyah, Syiah Ismailiyah dan Syiah Zaidiyah. Itsna ‘Asyariyah adalah aliran terbesar yang berkembang di Iran sekarang ini. Sedangkan Ismailiyah merupakan aliran yang paling ekstrem, dan Zaidiyah merupakan aliran yang paling mendekati Sunni (yang tetap mengakui tiga khalifah sebelum Ali bin Abi Thalib).
Sebagian kaum Sunni menyebut kaum Syiah dengan nama Rafidhah, yang menurut etimologi bahasa Arab bermakna meninggalkan. Dalam terminologi syariat Sunni, Rafidhah bermakna “mereka yang menolak imamah (kepemimpinan) Abu Bakar dan Umar bin Khattab, berlepas diri dari keduanya, dan sebagian sahabat yang mengikuti keduanya”.
Pendapat Ibnu Taimiyyah dalam “Majmu’ Fatawa” ialah bahwa Rafidhah pasti Syiah, sedangkan Syiah belum tentu Rafidhah; karena tidak semua Syiah menolak Abu Bakar dan Umar sebagaimana keadaan Syi’ah Zaidiyyah.
Abdullah bin Ahmad bin Hanbal berkata: “Aku telah bertanya kepada ayahku, siapa Rafidhah itu? Maka beliau (Imam Ahmad) menjawab: ‘Mereka adalah orang-orang yang mencela Abu Bakar dan Umar’.”
Pendapat yang agak berbeda diutarakan oleh Imam Syafi’i. Meskipun mazhabnya berbeda secara teologis dengan Syiah, tetapi ia pernah mengutarakan kecintaannya pada Ahlul Bait dalam diwan asy-Syafi’i melalui penggalan syairnya: “Kalau memang cinta pada Ahlul Bait adalah Rafidhah, maka ketahuilah aku ini adalah Rafidhah”. (selengkapnya baca wikipedia)
Terlepas dari perbedaan yang cukup tajam dalam konsep fikih dan teologi Syiah, saya tetap berharap adanya upaya untuk mempersempit perbedaan dan mencari titik-titik persamaan. Saya sendiri mengagumi tokoh ideolog revolusi Islam Iran Ali Syariati dan presiden Iran sekarang Mahmoud Ahmadinejad, yang saya sebut sebagai penerus Raja Faisal (Arab Saudi) dari kalangan Syiah. Seperti diketahui Raja Faisal adalah Raja Arab Saudi yang mempelopori embargo minyak terhadap Amerika, sebagai penentangan terhadap dukungan total Amerika terhadap pendudukan Israel di Palestina. Meskipun demikian, Raja Faisal juga dikenal sebagai raja yang sederhana, egaliter dan reformis. Hal yang sama juga melekat pada kepemimpinan Ahmadinejad sekarang ini. Ahmadinejad dikenal sebagai pemimpin yang sederhana, egaliter, tapi tetap tegas, terutama dalam penentangannya terhadap hegemoni Amerika. (kompasiana: farid wadjdi)
Penyataan Ulama Kredibelitas Tentang
Kesesatan Syiah :
Sebagai bahan bandingan, apakah
memang benar Syiah itu Islam ?. ada
banyak pernyataan Imam imam besar
Islam yang menyatakan Syiah itu sesat,
bahkan kafir, dan juga pernyataan mereka
menolak ucapan ulama ulama [kaliber
Indonesia] yang disebutkan diatas :
1. AL-IMAM ‘AMIR ASY-SYA’BI
berkata, “Aku tidak pernah
melihat kaum yang lebih dungu
dari Syi’ah.” (as-Sunnah,
2/549, karya Abdullah bin al-
Imam Ahmad)
2. AL-IMAM SUFYAN ATS-TSAURI
ketika ditanya tentang
seseorang yang mencela Abu
Bakr dan ‘Umar c, beliau
berkata, “Ia telah kafir kepada
Allah l.” Kemudian ditanya,
“Apakah kita menshalatinya
(bila meninggal dunia)?” Beliau
berkata, “Tidak, tiada
kehormatan (baginya)….” (Siyar
A’lamin Nubala, 7/253)
3. AL-IMAM MALIK dan AL-IMAM
ASY-SYAFI`I rahimahumallah,
telah disebut di atas.
4. AL-IMAM AHMAD BIN HANBAL
berkata, “Aku tidak melihat dia
(orang yang mencela Abu Bakr,
‘Umar, dan ‘Aisyah g) itu
sebagai orang Islam.” (as-
Sunnah, 1/493, karya al-Khallal)
5. AL-IMAM AL-BUKHARI berkata,
“Bagiku sama saja apakah aku
shalat di belakang Jahmi
(penganut Jahmiyah, red.) dan
Rafidhi (penganut Syiah
Rafidhah, red.), atau di
belakang Yahudi dan Nashara
(yakni sama-sama tidak boleh,
red.). Mereka tidak boleh diberi
salam, tidak dikunjungi ketika
sakit, tidak dinikahkan, tidak
dijadikan saksi, dan tidak
dimakan sembelihan
mereka.” (Khalqu Af’alil ‘Ibad,
hlm. 125)
6. AL-IMAM ABU ZUR’AH AR-RAZI
berkata, “Jika engkau melihat
orang yang mencela salah satu
dari sahabat Rasulullah n,
maka ketahuilah bahwa ia
seorang zindiq. Yang demikian
itu karena Rasul bagi kita
adalah haq dan Al-Qur’an haq,
dan sesungguhnya yang
menyampaikan Al-Qur’an dan
As-Sunnah adalah para sahabat
Rasulullah n. Sungguh mereka
mencela para saksi kita (para
sahabat) dengan tujuan untuk
meniadakan Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Mereka (Rafidhah)
lebih pantas untuk dicela dan
mereka adalah zanadiqah
(orang-orang zindiq).” (al-
Kifayah, hlm. 49, karya al-
Khathib al-Baghdadi t)
7. IMAM MALIK AL KHALAL
meriwayatkan dari Abu Bakar Al
Marwazi, katanya : Saya
mendengar Abu Abdulloh
berkata, bahwa Imam Malik
berkata : “Orang yang mencela
sahabat-sahabat Nabi, maka ia
tidak termasuk dalam golongan
Islam” ( Al Khalal / As Sunnah,
2-557 )
8. IBNU KATSIR
berkata, dalam
kaitannya dengan firman Allah
surat Al Fath ayat 29, yang
artinya :
“ Muhammad itu adalah Rasul
(utusan Allah). Orang-orang
yang bersama dengan dia
(Mukminin) sangat keras
terhadap orang-orang kafir,
berkasih sayang sesama
mereka, engkau lihat mereka itu
rukuk, sujud serta
mengharapkan kurnia daripada
Allah dan keridhaanNya. Tanda
mereka itu adalah di muka
mereka, karena bekas sujud.
Itulah contoh (sifat) mereka
dalam Taurat. Dan contoh
mereka dalam Injil, ialah seperti
tanaman yang mengeluarkan
anaknya (yang kecil lemah), lalu
bertambah kuat dan bertambah
besar, lalu tegak lurus dengan
batangnya, sehingga ia
menakjubkan orang-orang yang
menanamnya. (Begitu pula
orang-orang Islam, pada mula-
mulanya sedikit serta lemah,
kemudian bertambah banyak
dan kuat), supaya Allah
memarahkan orang-orang kafir
sebab mereka. Allah telah
menjanjikan ampunan dan
pahala yang besar untuk orang-
orang yang beriman dan
beramal salih diantara
mereka”.Beliau berkata : Dari
ayat ini, dalam satu riwayat
dari Imam Malik, beliau
mengambil kesimpulan bahwa
golongan Rofidhoh (Syiah),
yaitu orang-orang yang
membenci para sahabat Nabi
SAW, adalah Kafir.
Beliau berkata : “Karena mereka
ini membenci para sahabat,
maka dia adalah Kafir
berdasarkan ayat ini”. Pendapat
tersebut disepakati oleh
sejumlah Ulama. (Tafsir Ibin
Katsir, 4-219 )
9. IMAM AL QURTHUBI berkata :
“Sesungguhnya ucapan Imam
Malik itu benar dan
penafsirannya juga benar,
siapapun yang menghina
seorang sahabat atau mencela
periwayatannya, maka ia telah
menentang Allah, Tuhan seru
sekalian alam dan
membatalkan syariat kaum
Muslimin”. (Tafsir Al
Qurthubi, 16-297)
10. IMAM AHMAD AL KHALAL
meriwayatkan dari Abu Bakar Al
Marwazi, ia berkata : “Saya
bertanya kepada Abu Abdullah
tentang orang yang mencela
Abu Bakar, Umar dan Aisyah?
Jawabnya, saya berpendapat
bahwa dia bukan orang Islam”.
( Al Khalal / As Sunnah, 2-557).
11. Beliau Al Khalal juga berkata :
Abdul Malik bin Abdul Hamid
menceritakan kepadaku,
katanya: “Saya mendengar Abu
Abdullah berkata : “Barangsiapa
mencela sahabat Nabi, maka
kami khawatir dia keluar dari
Islam, tanpa disadari”.
12. (Al Khalal / As Sunnah, 2-558).
Beliau Al Khalal juga berkata : “
Abdullah bin Ahmad bin Hambal
bercerita pada kami, katanya :
“Saya bertanya kepada ayahku
perihal seorang yang mencela
salah seorang dari sahabat Nabi
SAW. Maka beliau menjawab :
“Saya berpendapat ia bukan
orang Islam”. (Al Khalal / As
Sunnah, 2-558)
13. Dalam kitab AS SUNNAH karya
IMAM AHMAD halaman 82,
disebutkan mengenai pendapat
beliau tentang golongan
Rofidhoh (Syiah) :“Mereka itu
adalah golongan yang
menjauhkan diri dari sahabat
Muhammad SAW dan
mencelanya, menghinanya serta
mengkafirkannya, kecuali hanya
empat orang saja yang tidak
mereka kafirkan, yaitu Ali,
Ammar, Migdad dan Salman.
Golongan Rofidhoh (Syiah) ini
sama sekali bukan Islam.”
14. AL-FARIYABI AL KHALAL
meriwayatkan, katanya : “Telah
menceritakan kepadaku Harb bin
Ismail Al Karmani, katanya :
“Musa bin Harun bin Zayyad
menceritakan kepada kami :
“Saya mendengar Al Faryaabi
dan seseorang bertanya
kepadanya tentang orang yang
mencela Abu Bakar. Jawabnya :
“Dia kafir”. Lalu ia berkata :
“Apakah orang semacam itu
boleh disholatkan
jenazahnya ?”. Jawabnya :
“Tidak”. Dan aku bertanya pula
kepadanya : “Mengenai apa
yang dilakukan terhadapnya,
padahal orang itu juga telah
mengucapkan Laa Ilaaha
Illalloh?”. Jawabnya :
“Janganlah kamu sentuh
jenazahnya dengan tangan
kamu, tetapi kamu angkat
dengan kayu sampai kamu
turunkan ke liang lahatnya”. (Al
Khalal / As Sunnah, 6-566)
Diantara para Imam dan para Ulama yang telah
mengeluarkan fatwa-fatwa tersebut adalah :
IMAM MALIK
ﺍﺍﻻﻣﺎﻡ ﻣﺎﻟﻚ
ﺭﻭﻯ ﺍﻟﺨﻼﻝ ﻋﻦ ﺍﺑﻰ ﺑﻜﺮ ﺍﻟﻤﺮﻭﺯﻯ ﻗﺎﻝ : ﺳﻤﻌﺖ ﺃﺑﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻘﻮﻝ :
ﻗﺎﻝ ﻣﺎﻟﻚ : ﺍﻟﺬﻯ ﻳﺸﺘﻢ ﺍﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﻨﺒﻰ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
ﻟﻴﺲ ﻟﻬﻢ ﺍﺳﻢ ﺍﻭ ﻗﺎﻝ ﻧﺼﻴﺐ ﻓﻰ ﺍﻻﺳﻼﻡ .
( ﺍﻟﺨﻼﻝ / ﺍﻟﺴﻦ : ۲،٥٥٧ )
Al Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar Al
Marwazi, katanya : Saya mendengar Abu Abdulloh
berkata, bahwa Imam Malik berkata : “Orang yang
mencela sahabat-sahabat Nabi, maka ia tidak
termasuk dalam golongan Islam” ( Al Khalal / As
Sunnah, 2-557 )
IMAM AHMAD
ﺍﻻﻣﺎﻡ ﺍﺣﻤﺪ ﺍﺑﻦ ﺣﻤﺒﻞ
ﺭﻭﻯ ﺍﻟﺨﻼﻝ ﻋﻦ ﺍﺑﻰ ﺑﻜﺮ ﺍﻟﻤﺮﻭﺯﻯ ﻗﺎﻝ : ﺳﺄﻟﺖ ﺍﺑﺎ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻤﻦ ﻳﺸﺘﻢ
ﺃﺑﺎ ﺑﻜﺮ ﻭﻋﻤﺮ ﻭﻋﺎﺋﺸﺔ ؟ ﻗﺎﻝ : ﻣﺎﺃﺭﺍﻩ ﻋﻠﻰ ﺍﻻﺳﻼﻡ
( ﺍﻟﺨﻼﻝ / ﺍﻟﺴﻨﺔ : ۲، ٥٥٧ )
Al Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar Al
Marwazi, ia berkata : “Saya bertanya kepada Abu
Abdullah tentang orang yang mencela Abu Bakar,
Umar dan Aisyah? Jawabnya, saya berpendapat
bahwa dia bukan orang Islam”. ( Al Khalal / As
Sunnah, 2-557).
AL BUKHORI
ﺍﻻﻣﺎﻡ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ
ﻗﺎﻝ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ : ﻣﺎﺃﺑﺎﻟﻰ ﺻﻠﻴﺖ ﺧﻠﻒ ﺍﻟﺠﻬﻤﻰ ﻭﺍﻟﺮﺍﻓﻀﻰ
ﺃﻡ ﺻﻠﻴﺖ ﺧﻠﻒ ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ ﻭﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ
ﻭﻻ ﻳﺴﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﻻ ﻳﻌﺎﺩﻭﻥ ﻭﻻ ﻳﻨﺎﻛﺤﻮﻥ ﻭﻻ ﻳﺸﻬﺪﻭﻥ ﻭﻻ ﺗﺆﻛﻞ ﺫﺑﺎﺋﺤﻬﻢ
( ﺧﻠﻖ ﺃﻓﻌﺎﻝ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩ :١٢٥ )
Iman Bukhori berkata : “Bagi saya sama saja,
apakah aku sholat dibelakang Imam yang
beraliran JAHM atau Rofidhoh (Syiah) atau aku
sholat di belakang Imam Yahudi atau Nasrani.
Dan seorang Muslim tidak boleh memberi salam
pada mereka, dan tidak boleh mengunjungi
mereka ketika sakit juga tidak boleh kawin
dengan mereka dan tidak menjadikan mereka
sebagai saksi, begitu pula tidak makan hewan
yang disembelih oleh mereka. (Imam Bukhori /
Kholgul Afail, halaman 125).
AL FARYABI
ﺍﻟﻔﺮﻳﺎﺑﻰ
ﺭﻭﻯ ﺍﻟﺨﻼﻝ ﻗﺎﻝ : ﺃﺧﺒﺮﻧﻰ ﺣﺮﺏ ﺑﻦ ﺍﺳﻤﺎﻋﻴﻞ ﺍﻟﻜﺮﻣﺎﻧﻰ
ﻗﺎﻝ : ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻣﻮﺳﻰ ﺑﻦ ﻫﺎﺭﻭﻥ ﺑﻦ ﺯﻳﺎﺩ ﻗﺎﻝ : ﺳﻤﻌﺖ ﺍﻟﻔﺮﻳﺎﺑﻰ ﻭﺭﺟﻞ
ﻳﺴﺄﻟﻪ ﻋﻤﻦ ﺷﺘﻢ ﺃﺑﺎﺑﻜﺮ
ﻗﺎﻝ : ﻛﺎﻓﺮ، ﻗﺎﻝ : ﻓﻴﺼﻠﻰ ﻋﻠﻴﻪ، ﻗﺎﻝ : ﻻ . ﻭﺳﺄﻟﺘﻪ ﻛﻴﻒ ﻳﺼﻨﻊ ﺑﻪ ﻭﻫﻮ
ﻳﻘﻮﻝ ﻻ ﺍﻟﻪ ﺍﻻ ﺍﻟﻠﻪ ،
ﻗﺎﻝ : ﻻ ﺗﻤﺴﻮﻩ ﺑﺄﻳﺪﻳﻜﻢ، ﺍﺭﻓﻌﻮﻩ ﺑﺎﻟﺨﺸﺐ ﺣﺘﻰ ﺗﻮﺍﺭﻭﻩ ﻓﻰ ﺣﻔﺮﺗﻪ .
( ﺍﻟﺨﻼﻝ/ ﺍﻟﺴﻨﺔ : ۲،٥٦٦ )
Al Khalal meriwayatkan, katanya : “Telah
menceritakan kepadaku Harb bin Ismail Al
Karmani, katanya : “Musa bin Harun bin Zayyad
menceritakan kepada kami : “Saya mendengar Al
Faryaabi dan seseorang bertanya kepadanya
tentang orang yang mencela Abu Bakar.
Jawabnya : “Dia kafir”. Lalu ia berkata : “Apakah
orang semacam itu boleh disholatkan
jenazahnya ?”. Jawabnya : “Tidak”. Dan aku
bertanya pula kepadanya : “Mengenai apa yang
dilakukan terhadapnya, padahal orang itu juga
telah mengucapkan Laa Ilaaha Illalloh?”.
Jawabnya : “Janganlah kamu sentuh jenazahnya
dengan tangan kamu, tetapi kamu angkat dengan
kayu sampai kamu turunkan ke liang lahatnya”.
(Al Khalal / As Sunnah, 6-566).
AHMAD BIN YUNUS
Beliau berkata : “Sekiranya seorang Yahudi
menyembelih seekor binatang dan seorang Rofidhi
(Syiah) juga menyembelih seekor binatang,
niscaya saya hanya memakan sembelihan si
Yahudi dan aku tidak mau makan sembelihan si
Rofidhi (Syiah), sebab dia telah murtad dari
Islam”. (Ash Shariim Al Maslul, halaman 570).
ABU ZUR’AH AR ROZI
ﺃﺑﻮ ﺯﺭﻋﺔ ﺍﻟﺮﺍﺯﻯ
ﺍﺫﺍ ﺭﺃﻳﺖ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻳﻨﺘﻘﺺ ﺃﺣﺪﺍ ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ
ﻭﺳﻠﻢ
ﻓﺎﻋﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﺯﻧﺪﻳﻖ، ﻷﻥ ﻣﺆﺩﻯ ﻗﻮﻟﻪ ﺍﻟﻰ ﺍﺑﻄﺎﻝ ﺍﻟﻘﺮﺍﻥ ﻭﺍﻟﺴﻨﺔ .
( ﺍﻟﻜﻔﺎﻳﺔ : ٤٩ )
Beliau berkata : “Bila anda melihat seorang
merendahkan (mencela) salah seorang sahabat
Rasulullah SAW, maka ketahuilah bahwa dia
adalah ZINDIIG. Karena ucapannya itu berakibat
membatalkan Al-Qur’an dan As Sunnah”. (Al
Kifayah, halaman 49).
ABDUL QODIR AL BAGHDADI
Beliau berkata : “Golongan Jarudiyah, Hisyamiyah,
Jahmiyah dan Imamiyah adalah golongan yang
mengikuti hawa nafsu yang telah mengkafirkan
sahabat-sahabat terbaik Nabi, maka menurut
kami mereka adalah kafir. Menurut kami mereka
tidak boleh di sholatkan dan tidak sah
berma’mum sholat di belakang mereka”. (Al Fargu
Bainal Firaq, halaman 357).
Beliau selanjutnya berkata : “Mengkafirkan mereka
adalah suatu hal yang wajib, sebab mereka
menyatakan Allah bersifat Al Bada’
IBNU HAZM
Beliau berkata : “Salah satu pendapat golongan
Syiah Imamiyah, baik yang dahulu maupun
sekarang ialah, bahwa Al-Qur’an sesungguhnya
sudah diubah”.
Kemudian beliau berkata : ”Orang yang
berpendapat bahwa Al-Qur’an yang ada ini telah
diubah adalah benar-benar kafir dan
mendustakan Rasulullah SAW”. (Al Fashl, 5-40).
ABU HAMID AL GHOZALI
Imam Ghozali berkata : “Seseorang yang dengan
terus terang mengkafirkan Abu Bakar dan Umar
Rodhialloh Anhuma, maka berarti ia telah
menentang dan membinasakan Ijma kaum
Muslimin. Padahal tentang diri mereka (para
sahabat) ini terdapat ayat-ayat yang menjanjikan
surga kepada mereka dan pujian bagi mereka
serta pengukuhan atas kebenaran kehidupan
agama mereka, dan keteguhan aqidah mereka
serta kelebihan mereka dari manusia-manusia
lain”.
Kemudian kata beliau : “Bilamana riwayat yang
begini banyak telah sampai kepadanya, namun ia
tetap berkeyakinan bahwa para sahabat itu kafir,
maka orang semacam ini adalah kafir. Karena dia
telah mendustakan Rasulullah. Sedangkan orang
yang mendustakan satu kata saja dari ucapan
beliau, maka menurut Ijma’ kaum Muslimin, orang
tersebut adalah kafir”. (Fadhoihul Batiniyyah,
halaman 149).
AL QODHI IYADH
Beliau berkata : “Kita telah menetapkan kekafiran
orang-orang Syiah yang telah berlebihan dalam
keyakinan mereka, bahwa para Imam mereka
lebih mulia dari pada para Nabi”.
Beliau juga berkata : “Kami juga mengkafirkan
siapa saja yang mengingkari Al-Qur’an, walaupun
hanya satu huruf atau menyatakan ada ayat-ayat
yang diubah atau ditambah di dalamnya,
sebagaimana golongan Batiniyah (Syiah) dan
Syiah Ismailiyah”. (Ar Risalah, halaman 325).
AL FAKHRUR ROZI
Ar Rozi menyebutkan, bahwa sahabat-sahabatnya
dari golongan Asyairoh mengkafirkan golongan
Rofidhoh (Syiah) karena tiga alasan :
Pertama: Karena mengkafirkan para pemuka kaum
Muslimin (para sahabat Nabi). Setiap orang yang
mengkafirkan seorang Muslimin, maka dia yang
kafir. Dasarnya adalah sabda Nabi SAW, yang
artinya : “Barangsiapa berkata kepada
saudaranya, hai kafir, maka sesungguhnya salah
seorang dari keduanya lebih patut sebagai orang
kafir”.
Dengan demikian mereka (golongan Syiah)
otomatis menjadi kafir.
Kedua: “Mereka telah mengkafirkan satu umat
(kaum) yang telah ditegaskan oleh Rasulullah
sebagai orang-orang terpuji dan memperoleh
kehormatan (para sahabat Nabi)”.
Ketiga: Umat Islam telah Ijma’ menghukum kafir
siapa saja yang mengkafirkan para tokoh dari
kalangan sahabat.
(Nihaayatul Uguul, Al Warogoh, halaman 212).
IBNU TAIMIYAH
Beliau berkata : “Barangsiapa beranggapan bahwa
Al-Qur’an telah dikurangi ayat-ayatnya atau ada
yang disembunyikan, atau beranggapan bahwa
Al-Qur’an mempunyai penafsiran-penafsiran
batin, maka gugurlah amal-amal kebaikannya.
Dan tidak ada perselisihan pendapat tentang
kekafiran orang semacam ini”
Barangsiapa beranggapan para sahabat Nabi itu
murtad setelah wafatnya Rasulullah, kecuali tidak
lebih dari sepuluh orang, atau mayoritas dari
mereka sebagai orang fasik, maka tidak diragukan
lagi, bahwa orang semacam ini adalah kafir.
Karena dia telah mendustakan penegasan Al-
Qur’an yang terdapat di dalam berbagai ayat
mengenai keridhoan dan pujian Allah kepada
mereka. Bahkan kekafiran orang semacam ini,
adakah orang yang meragukannya? Sebab
kekafiran orang semacam ini sudah jelas….
(Ash Sharim AL Maslul, halaman 586-587).
SYAH ABDUL AZIZ DAHLAWI
Sesudah mempelajari sampai tuntas mazhab
Itsna Asyariyah dari sumber-sumber mereka yang
terpercaya, beliau berkata : “Seseorang yang
menyimak aqidah mereka yang busuk dan apa
yang terkandung didalamnya, niscaya ia tahu
bahwa mereka ini sama sekali tidak berhak
sebagai orang Islam dan tampak jelaslah baginya
kekafiran mereka”. (Mukhtashor At Tuhfah Al
Itsna Asyariyah, halaman 300).
MUHAMMAD BIN ALI ASY SYAUKANI
Perbuatan yang mereka (Syiah) lakukan
mencakup empat dosa besar, masing-masing dari
dosa besar ini merupakan kekafiran yang terang-
terangan.
Pertama : Menentang Allah.
Kedua : Menentang Rasulullah.
Ketiga : Menentang Syariat Islam yang suci dan
upaya mereka untuk melenyapkannya.
Keempat : Mengkafirkan para sahabat yang
diridhoi oleh Allah, yang didalam Al-Qur’an telah
dijelaskan sifat-sifatnya, bahwa mereka orang
yang paling keras kepada golongan Kuffar, Allah
SWT menjadikan golongan Kuffar sangat benci
kepada mereka. Allah meridhoi mereka dan
disamping telah menjadi ketetapan hukum
didalam syariat Islam yang suci, bahwa
barangsiapa mengkafirkan seorang muslim, maka
dia telah kafir, sebagaimana tersebut di dalam
Bukhori, Muslim dan lain-lainnya.
(Asy Syaukani, Natsrul Jauhar Ala Hadiitsi Abi
Dzar, Al Warogoh, hal 15-16)
PARA ULAMA SEBELAH TIMUR SUNGAI JAIHUN
Al Alusi (seorang penulis tafsir) berkata :
“Sebagian besar ulama disebelah timur sungai ini
menyatakan kekafiran golongan Itsna Asyariyah
dan menetapkan halalnya darah mereka, harta
mereka dan menjadikan wanita mereka menjadi
budak, sebab mereka ini mencela sahabat Nabi
SAW, terutama Abu Bakar dan Umar, yang
menjadi telinga dan mata Rasulullah SAW,
mengingkari kekhilafahan Abu Bakar, menuduh
Aisyah Ummul Mukminin berbuat zina, padahal
Allah sendiri menyatakan kesuciannya,
melebihkan Ali r.a. dari rasul-rasul Ulul Azmi.
Sebagian mereka melebihkannya dari Rasulullah
SAW dan mengingkari terpeliharanya Al-Qur’an
dari kekurangan dan tambahan”. (Nahjus
Salaamah, halaman 29-30).
Demikian telah kami sampaikan fatwa-fatwa dari
para Imam dan para Ulama yang dengan tegas
mengkafirkan golongan Syiah yang telah mencaci
maki dan mengkafirkan para sahabat serta
menuduh Ummul mukminin Aisyah berbuat
serong, dan berkeyakinan bahwa Al-Qur’an yang
ada sekarang ini tidak orisinil lagi (Mukharrof).
Serta mendudukkan imam-imam mereka lebih
tinggi (Afdhol) dari para Rasul.
Semoga fatwa-fatwa tersebut dapat membantu
pembaca dalam mengambil sikap tegas terhadap
golongan Syiah.
“Yaa Allah tunjukkanlah pada kami bahwa yang
benar itu benar dan jadikanlah kami sebagai
pengikutnya, dan tunjukkanlah pada kami bahwa
yang batil itu batil dan jadikanlah kami sebagai
orang yang menjauhinya.”
Sumber : albayyinat.net
sssstttt….seyogyanya kl pendapat sendri jng mengatas namakan bersumber dri beliau2 para ulama..
apalgi cuma dri rujukan informasi dri internet,yg rujukan dri para ulama2 aja mesti dikaji lagi…bnyk buku2 hadist cetakan yg skrg berubah.dri tulisan (berubah dri tulisan aslinya) dan peniadaan hadist2 penting..
PARA ULAMA’ AHLUSSUNNAH
termasuk ke 4 imam mazhab Islam yang diakui ummat Islam
di dunia .
INILAH Sikap Ulama Islam terhadap Agama
Syi’ah :
1.) Imam ‘Alqamah bin Qais An-Nakha’iy
rahimahulllâh (W. 62 H)
Beliau berkata,
ﻟﻘﺪ ﻏﻠﺖ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺸﻴﻌﺔ ﻓﻲ ﻋﻠﻲ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﻛﻤﺎ ﻏﻠﺖ ﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﻓﻲ
ﻋﻴﺴﻰ ﺑﻦ ﻣﺮﻳﻢ
“Sungguh kaum Syi’ah ini telah berlaku ekstrem
terhadap ‘Ali radhiyallâhu ‘anhû sebagaimana
kaum Nashara berlaku ekstrem terhadap Isa bin
Maryam.”
–. [Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad
dalam As-Sunnah 2/548]
2.) Imam ‘Amr bin Syarâhîl Asy-Sya’by Al-Kûfy
rahimahulllâh (W. 105 H)
Beliau bertutur,
ﻣﺎ ﺭﺃﻳﺖ ﻗﻮﻣﺎً ﺃﺣﻤﻖ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻌﺔ
“Saya tidak pernah melihat suatu kaum yang
lebih dungu daripada kaum Syi’ah.”
–. [Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad
dalam As-Sunnah 2/549, Al-Khallâl dalam As-
Sunnah 1/497, dan Al-Lâlakâ`iy dalam Syarh
Ushûl I’tiqâd Ahlis Sunnah Wa Al-Jam’âh
7/1461]
Beliau juga bertutur,
ﻧﻈﺮﺕ ﻓﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﻫﻮﺍﺀ ﻭﻛﻠﻤﺖ ﺃﻫﻠﻬﺎ ﻓﻠﻢ ﺃﺭ ﻗﻮﻣﺎً ﺃﻗﻞ ﻋﻘﻮﻻً ﻣﻦ
ﺍﻟﺨﺸﺒﻴﺔ
“Saya melihat kepada pemikiran-pemikiran sesat
ini, dan Saya telah berbicara dengan
penganutnya. Saya tidak melihat bahwa ada
suatu kaum yang akalnya lebih pendek daripada
kaum (Syi’ah) Al-Khasyabiyah.”
–. [Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad
dalam As-Sunnah 2/548]
3.) Imam Thalhah bin Musharrif rahimahulllâh
(W. 112 H)
Beliau berkata,
ﺍﻟﺮﺍﻓﻀﺔ ﻻ ﺗﻨﻜﺢ ﻧﺴﺎﺅﻫﻢ، ﻭﻻ ﺗﺆﻛﻞ ﺫﺑﺎﺋﺤﻬﻢ، ﻷﻧﻬﻢ ﺃﻫﻞ ﺭﺩﺓ
“(Kaum Syi’ah) Rafidhah tidak boleh menikahi
kaum perempuan mereka dan tidak boleh
memakan daging-daging sembelihannya karena
mereka adalah kaum murtad.”
–. [Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam Al-
Ibânah Ash-Shughrâ` hal. 161]
4.) Imam Abu Hanîfah Muhammad bin An-
Nu’mân rahimahulllâh (W. 150 H)
Beliau berucap,
ﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ ﺃﻥ ﺗﻔﻀﻞ ﺃﺑﺎ ﺑﻜﺮ ﻭﻋﻤﺮ ﻭﻋﻠﻴﺎً ﻭﻋﺜﻤﺎﻥ ﻭﻻ ﺗﻨﺘﻘﺺ ﺃﺣﺪﺍً ﻣﻦ
ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ
“Al-Jamâ’ah adalah (berarti) engkau
mengutamakan Abu Bakar, Umar, Ali, dan
Ustman, serta janganlah engkau mencela
seorang pun shahabat Rasulullah shallallâhu
‘alaihi wa sallam.
–. [Al-Intiqâ` Fî Fadhâ`il Ats-Tsalâtsah Al-
A`immah Al-Fuqahâ` hal. 163]
5.) Imam Mis’ar bin Kidâm rahimahulllâh (W.
155 H)
Imam Al-Lâlakâ`iy meriwayatkan bahwa Mis’ar
bin Kidâm dijumpai seorang lelaki dari kaum
Rafidhah, kemudian orang tersebut
membicarakan sesuatu dengannya, tetapi
kemudian Mis’ar berkata,
ﺗﻨﺢ ﻋﻨﻲ ﻓﺈﻧﻚ ﺷﻴﻄﺎﻥ
“Menyingkirlah dariku. Sesungguhnya engkau
adalah syaithan.”
–. [Syarh Ushûl I’tiqâd Ahlis Sunnah Wal
Jamâ’ah 8/1457]
6.) Imam Sufyân bin Abdillah Ats-Tsaury
rahimahulllâh (W. 161 H)
Muhammad bin Yusuf Al-Firyâby menyebut
bahwa beliau mendengar Sufyân ditanya oleh
seorang lelaki tentang pencela Abu Bakr dan
Umar, Sufyân pun menjawab,
ﻛﺎﻓﺮ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﺍﻟﻌﻈﻴﻢ
“(Pencela itu) adalah kafir kepada Allah Yang
Maha Agung.”
Orang tersebut bertanya, “(Bolehkah) Kami
menshalatinya?”
(Sufyân) menjawab,
ﻻ، ﻭﻻ ﻛﺮﺍﻣﺔ
“Tidak. Tiada kemuliaan baginya.”
Kemudian beliau ditanya, “Lâ Ilâha Illallâh.
Bagaimana kami berbuat terhadap jenazahnya ?”
Beliau menjawab,
ﻻ ﺗﻤﺴﻮﻩ ﺑﺄﻳﺪﻳﻜﻢ، ﺍﺭﻓﻌﻮﻩ ﺑﺎﻟﺨﺸﺐ ﺣﺘﻰ ﺗﻮﺍﺭﻭﻩ ﻓﻲ ﻗﺒﺮﻩ
“Janganlah kalian menyentuhnya dengan
tangan-tangan kalian. Angkatlah (jenazah itu)
dengan kayu hingga kalian menutup kuburnya.”
–. [Disebutkan oleh Adz-Dzahaby dalam Siyar
A’lâm An-Nubalâ` 7/253]
7.) Imam Malik bin Anas rahimahulllâh (W. 179
H)
Beliau bertutur,
ﺍﻟﺬﻱ ﻳﺸﺘﻢ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ، ﻟﻴﺲ ﻟﻬﻢ ﺳﻬﻢ،
ﺃﻭﻗﺎﻝ ﻧﺼﻴﺐ ﻓﻲ ﺍﻹﺳﻼﻡ
“Orang yang mencela shahabat Nabi shallallâhu
‘alaihi wa sallam tidaklah memiliki saham atau
bagian apapun dalam keislaman.”
–. [Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah hal. 162
dan Al-Khatsûl dalam As-Sunnah 1/493]
Asyhab bin Abdul Aziz menyebutkan bahwa
Imam Malik ditanya tentang Syi’ah Rafidhah
maka Imam Malik menjawab,
ﻻ ﺗﻜﻠﻤﻬﻢ ﻭﻻ ﺗﺮﻭ ﻋﻨﻬﻢ ﻓﺈﻧﻬﻢ ﻳﻜﺬﺑﻮﻥ
“Janganlah kalian meriwayatkan hadits dari
mereka. Sesungguhnya mereka itu sering
berdusta.”
–. [Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam Al-
Ibânah Al-Kubrâ` sebagaimana dalam Minhâj
As-Sunnah karya Ibnu Taimiyah 1/61]
8.) Imam Abu Yusuf Ya’qub bin Ibrahim
rahimahulllâh (W.182 H)
Beliau berkata,
ﻻ ﺃﺻﻠﻲ ﺧﻠﻒ ﺟﻬﻤﻲ، ﻭﻻ ﺭﺍﻓﻀﻲ، ﻭﻻ ﻗﺪﺭﻱ
“Saya tidak mengerjakan shalat di belakang
seorang Jahmy (penganut Jahmiyah), Râfidhy
(penganut paham Syi’ah Rafidhah), dan Qadary
(penganut paham Qadariyah).”
–. [Diriwayatkan oleh Al-Lâlakâ`iy dalam Syarh
Ushûl I’tiqâd Ahlis Sunnah Wa Al-Jamâ’ah
4/733]
9.) Imam Abdurrahman bin Mahdi rahimahulllâh
(W. 198 H)
Beliau berucap,
ﻫﻤﺎ ﻣﻠﺘﺎﻥ : ﺍﻟﺠﻬﻤﻴﺔ، ﻭﺍﻟﺮﺍﻓﻀﺔ
“Ada dua agama (yang bukan Islam, -pent.),
yaitu Jahmiyah dan Rafidhah.”
–. [Diriwayatkan oleh Al-Bukhâry dalam Khalq
Af’âl Al-‘Ibâd hal.125]
10.) Imam Muhammad bin Idris Asy-Syâfi’iy
rahimahulllâh (W. 204 H)
Beliau berkata,
ﻟﻢ ﺃﺭ ﺃﺣﺪﺍً ﻣﻦ ﺃﺻﺤﺎﺏ ﺍﻷﻫﻮﺍﺀ، ﺃﻛﺬﺏ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻋﻮﻯ، ﻭﻻ ﺃﺷﻬﺪ ﺑﺎﻟﺰﻭﺭ ﻣﻦ
ﺍﻟﺮﺍﻓﻀﺔ
“Saya tidak pernah melihat seorang pun
penganut hawa nafsu yang lebih dusta dalam
pengakuan dan lebih banyak bersaksi palsu
melebihi Kaum Rafidhah.”
–. [Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam Al-
Ibânah Al-Kubrâ` 2/545 dan Al-Lâlakâ`iy dalam
Syarh Ushûl I’tiqâd Ahlis Sunnah Wa Al-Jamâ’ah
8/1457]
11.) Imam Yazîd bin Harun rahimahulllâh (W.
206 H)
Beliau berkata,
ﻳﻜﺘﺐ ﻋﻦ ﻛﻞ ﺻﺎﺣﺐ ﺑﺪﻋﺔ ﺇﺫﺍ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﺩﺍﻋﻴﺔ ﺇﻻ ﺍﻟﺮﺍﻓﻀﺔ ﻓﺈﻧﻬﻢ ﻳﻜﺬﺑﻮﻥ
“Boleh mencatat (hadits) dari setiap penganut
bid’ah yang menyeru kepada bid’ahnya, kecuali
(Syi’ah) Rafidhah karena mereka sering
berdusta.”
–. [Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam Al-
Ibânah Al-Kubrâ` sebagaimana dalam Minhâj
As-Sunnah 1/60 karya Ibnu Taimiyah]
12.) Imam Muhammad bin Yusuf Al-Firyaby
rahimahulllâh (W. 212 H)
Beliau berkata,
ﻣﺎ ﺃﺭﻯ ﺍﻟﺮﺍﻓﻀﺔ ﻭﺍﻟﺠﻬﻤﻴﺔ ﺇﻻ ﺯﻧﺎﺩﻗﺔ
“Saya tidak memandang kaum Rafidhah dan
kaum Jahmiyah, kecuali sebagai orang-orang
zindiq.”
–. [Diriwayatkan oleh Al-Lâlakâ`iy dalam Syarh
Ushûl I’tiqâd Ahlis Sunnah Wa Al-Jamâ’ah
8/1457]
13.) Imam Al-Humaidy, Abdullah bin Az-Zubair
rahimahulllâh (W. 219 H)
Setelah menyebutkan kewajiban mendoakan
rahmat bagi para shahabat, beliau berkata,
ﻓﻠﻢ ﻧﺆﻣﺮ ﺇﻻ ﺑﺎﻻﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﻟﻬﻢ، ﻓﻤﻦ ﻳﺴﺒﻬﻢ، ﺃﻭ ﻳﻨﺘﻘﺼﻬﻢ ﺃﻭ ﺃﺣﺪﺍً ﻣﻨﻬﻢ،
ﻓﻠﻴﺲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺴﻨﺔ، ﻭﻟﻴﺲ ﻟﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﺊ ﺣﻖ
“Kita tidaklah diperintah, kecuali memohonkan
ampunan bagi (para shahabat). Siapa saja yang
mencerca mereka atau merendahkan mereka
atau salah seorang di antara mereka, dia
tidaklah berada di atas sunnah dan tidak ada
hak apapun baginya dalam fâ`i.”
–. [Ushûl As-Sunnah hal.43]
14.) Imam Al-Qâsim bin As-Sallam rahimahulllâh
(W. 224 H)
Beliau berkata,
ﻋﺎﺷﺮﺕ ﺍﻟﻨﺎﺱ، ﻭﻛﻠﻤﺖ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻜﻼﻡ، ﻭﻛﺬﺍ، ﻓﻤﺎ ﺭﺃﻳﺖ ﺃﻭﺳﺦ ﻭﺳﺨﺎً، ﻭﻻ
ﺃﻗﺬﺭ ﻗﺬﺭﺍً، ﻭﻻ ﺃﺿﻌﻒ ﺣﺠﺔ، ﻭﻻ ﺃﺣﻤﻖ ﻣﻦ ﺍﻟﺮﺍﻓﻀﺔ …
“Saya telah hidup dengan seluruh manusia. Saya
telah berbicara dengan ahli kalam dan …
demikian. Saya tidak melihat ada yang lebih
kotor, lebih menjijikkan, argumennya lebih lemah,
dan lebih dungu daripada kaum Rafidhah ….”
–. [Diriwayatkan oleh Al-Khallâl dalam As-
Sunnah 1/499]
15.) Imam Ahmad bin Yunus rahimahulllâh (W.
227 H)
Beliau berkata,
ﺇﻧﺎ ﻻ ﻧﺄﻛﻞ ﺫﺑﻴﺤﺔ ﺭﺟﻞ ﺭﺍﻓﻀﻲ، ﻓﺈﻧﻪ ﻋﻨﺪﻱ ﻣﺮﺗﺪ
“Sesungguhnya kami tidaklah memakan
sembelihan seorang Syi’ah Rafidhah karena dia,
menurut Saya, adalah murtad.”
–. [Diriwayatkan oleh Al-Lâlakâ`iy dalam Syarh
Ushûl I’tiqâd Ahlis Sunnah Wa Al-Jamâ’ah
8/459]
16.) Imam Ahmad bin Hanbal rahimahulllâh (W.
241 H)
Banyak riwayat dari beliau tentang celaan
terhadap kaum Rafidhah. Di antaranya adalah :
Beliau ditanya tentang seorang lelaki yang
mencela seorang shahabat Nabi shallallâhu
‘alaihi wa sallam maka beliau menjawab,
ﻣﺎ ﺃﺭﺍﻩ ﻋﻠﻰ ﺍﻹﺳﻼﻡ
“Saya tidak memandang bahwa dia di atas
(agama) Islam.” [Diriwayatkan oleh Al-Khallâl
dalam As-Sunnah 1/493]
Beliau juga ditanya tentang pencela Abu Bakr,
Umar, dan Aisyah maka beliau menjawab, “Saya
tidak memandang bahwa dia di atas (agama)
Islam.”
–. [Diriwayatkan oleh Al-Khallâl dalam As-
Sunnah 1/493]
Beliau ditanya pula tentang orang yang
bertetangga dengan (Syi’ah) Rafidhah yang
memberi salam kepada orang itu. Beliau
menjawab.
ﻻ، ﻭﺇﺫﺍ ﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ ﻻ ﻳﺮﺩ ﻋﻠﻴﻪ
“Tidak (dijawab). Bila (orang Syi’ah) itu memberi
salam kepada (orang) itu, janganlah dia
menjawab (salam) tersebut.”
–. [Diriwayatkan oleh Al-Khallâl dalam As-
Sunnah 1/494]
17.) Imam Al-Bukhâry, Muhammad bin Ismail
rahimahulllâh (W. 256 H)
Beliau berkata,
ﻣﺎ ﺃﺑﺎﻟﻲ ﺻﻠﻴﺖ ﺧﻠﻒ ﺍﻟﺠﻬﻤﻲ ﻭﺍﻟﺮﺍﻓﻀﻲ، ﺃﻡ ﺻﻠﻴﺖ ﺧﻠﻒ ﺍﻟﻴﻬﻮﺩ
ﻭﺍﻟﻨﺼﺎﺭﻯ، ﻭﻻ ﻳﺴﻠﻢ ﻋﻠﻴﻬﻢ، ﻭﻻ ﻳﻌﺎﺩﻭﻥ، ﻭﻻ ﻳﻨﺎﻛﺤﻮﻥ، ﻭﻻ ﻳﺸﻬﺪﻭﻥ،
ﻭﻻ ﺗﺆﻛﻞ ﺫﺑﺎﺋﺤﻬﻢ
“Saya tidak peduli. Baik Saya melaksanakan
shalat di belakang Jahmy dan Rafidhy maupun
Saya mengerjakan shalat di belakang orang-
orang Yahudi dan Nashara, (ketidakbolehannya
sama saja). (Seseorang) tidak boleh menjenguk
mereka, menikahi mereka, dan bersaksi untuk
mereka.”
–. [Khalq Af’âl Al-‘Ibâd hal. 125]
18.) Imam Abu Zur’ah Ar-Râzy, Ubaidullah bin
Abdil Karim rahimahulllâh (W. 264 H)
Beliau berkata, “Apabila engkau melihat seorang
lelaki yang merendahkan seorang shahabat
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam,
ketahuilah bahwa dia adalah zindiq. Hal itu
karena, di sisi Kami, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi
wa sallam adalah benar dan Al-Qur`an adalah
benar. Sesungguhnya, penyampai Al-Qur`an ini
dan hadits-hadits adalah para shahabat
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Orang
Syi’ah yang mencela shahabat) hanya ingin
mempercacat saksi-saksi Kita untuk
menghasilkan Al-Kitab dan Sunnah, Celaan
terhadap (kaum pencela itu) adalah lebih pantas
dan mereka adalah para zindiq.”
–. [Diriwayatkan oleh Al-Khâtib dalam Al-
Kifâyah hal. 49]
19.) Imam Abu Hâtim Ar-Râzy, Muhammad bin
Idris rahimahulllâh (W. 277 H)
Ibnu Abi Hâtim bertanya kepada ayahnya, Abu
Hâtim, dan kepada Abu Zur’ah tentang madzhab
dan aqidah Ahlus Sunnah maka Abu Hâtim dan
Abu Zur’ah menyebut pendapat yang disepakati
oleh para ulama itu di berbagai negeri. Di antara
perkataan mereka berdua adalah bahwa kaum
Jahmiyah adalah kafir, sedang kaum Rafidhah
telah menolak keislaman.
–. [Diriwayatkan oleh Al-Lâlakâ`iy dalam Syarh
Ushûl I’tiqâd Ahlis Sunnah Wa Al-Jam’âh 1/178]
20.) Imam Al-Hasan bin Ali bin Khalaf Al-
Barbahary rahimahulllâh (W. 329 H)
Beliau berkata,
ﻭﺍﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﺍﻷﻫﻮﺍﺀ ﻛﻠﻬﺎ ﺭﺩﻳﺔ، ﺗﺪﻋﻮﺍ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺴﻴﻒ، ﻭﺃﺭﺩﺅﻫﺎ ﻭﺃﻛﻔﺮﻫﺎ
ﺍﻟﺮﺍﻓﻀﺔ، ﻭﺍﻟﻤﻌﺘﺰﻟﺔ، ﻭﺍﻟﺠﻬﻤﻴﺔ، ﻓﺈﻧﻬﻢ ﻳﺮﻳﺪﻭﻥ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺘﻌﻄﻴﻞ
ﻭﺍﻟﺰﻧﺪﻗﺔ
“Ketahuilah bahwa seluruh pemikiran sesat
adalah menghancurkan, mengajak kepada
kudeta. Yang paling hancur dan paling kafir di
antara mereka adalah kaum Rafidhah,
Mu’tazilah, Jahmiyah. Sesungguhnya mereka
menghendaki manusia untuk melakukan ta’thîl
dan kezindiqan.”
–. [Syarh As-Sunnah hal. 54]
21.) Imam Umar bin Syâhin rahimahulllâh (W.
385 H)
Beliau berkata, “Sesungguhnya, sebaik-baik
manusia setelah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa
sallam adalah Abu Bakr, Umar, Utsman, dan Ali
‘alaihimus salâm, serta sesungguhnya seluruh
shahabat Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam
adalah orang-orang pilihan lagi baik.
Sesungguhnya Saya beragama kepada Allah
dengan mencintai mereka semua, dan
sesungguhnya Saya berlepas diri dari siapa saja
yang mencela, melaknat, dan menyesatkan
mereka, menganggap mereka berkhianat, serta
mengafirkan mereka …, dan sesungguhnya Saya
berlepas diri dari semua bid’ah berupa
Qadariyah, Murji’ah, Rafidhah, Nawâshib, dan
Mu’tazilah.”
–. [Al-Lathîf Li Syarh Madzâhib Ahlis Sunnah
hal. 251-252]
22.) Imam Ibnu Baththah rahimahulllâh (W. 387
H)
Beliau bertutur, “Adapun (Syi’ah) Rafidhah,
mereka adalah manusia yang paling banyak
berselisih, berbeda, dan saling mencela. Setiap di
antara mereka memilih madzhab tersendiri untuk
dirinya, melaknat penyelisihnya, dan mengafirkan
orang yang tidak mengikutinya. Seluruh dari
mereka menyatakan bahwa tidak (sah)
melaksanakan shalat, puasa, jihad, Jum’at, dua
Id, nikah, talak, tidak pula jual-beli, kecuali
dengan imam, sedang barangsiapa yang tidak
memiliki imam, tiada agamanya baginya, dan
barangsiapa yang tidak mengetahui imamnya,
tiada agama baginya …. Andaikata bukan karena
pengutamaan penjagaan ilmu, yang perkaranya
telah Allah tinggikan dan kedudukannya telah
Allah muliakan, dan penyucian ilmu terhadap
percampuran najis-najis penganut kesesatan
serta keburukan pendapat-pendapat dan
madzhab mereka, yang kulit-kulit merinding
menyebutkannya, jiwa merintih
mendengarkannya, dan orang-orang yang berakal
membersihkan ucapan dan pendengaran mereka
dari ucapan-ucapan bid’ah tersebut, tentulah
Saya akan menyebutkan (kesesatan Rafidhah)
yang akan menjadi pelajaran bagi orang-orang
yang ingin mengambil pelajaran.”
–. [Al-Ibânah Al-Kubrâ` hal. 556]
23.) Imam Al-Qahthâny rahimahulllâh (W. 387
H)
Beliau menuturkan kesesatan Rafidhah dalam
Nûniyah-nya,
ﺇﻥ ﺍﻟﺮﻭﺍﻓﺾَ ﺷﺮُّﻣﻦ ﻭﻃﻲﺀَ ﺍﻟﺤَﺼَﻰ … ﻣﻦ ﻛﻞِّ ﺇﻧﺲٍ ﻧﺎﻃﻖٍ ﺃﻭ ﺟﺎﻥِ
ﻣﺪﺣﻮﺍ ﺍﻟﻨّﺒﻲَ ﻭﺧﻮﻧﻮﺍ ﺃﺻﺤﺎﺑﻪ … ﻭﺭﻣﻮُﻫﻢُ ﺑﺎﻟﻈﻠﻢِ ﻭﺍﻟﻌﺪﻭﺍﻥِ
ﺣﺒّﻮﺍ ﻗﺮﺍﺑﺘﻪَ ﻭﺳﺒَّﻮﺍ ﺻﺤﺒﻪ … ﺟﺪﻻﻥ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻨﺘﻘﻀﺎﻥِ
Sesungguhnya orang-orang Rafidhah adalah
sejelek-jelek makhluk yang pernah menapak
bebatuan Dari seluruh manusia yang berbicara
dan seluruh jin Mereka memuji Nabi, tetapi
menganggap para shahabatnya berkhianat Dan
mereka menuduh para shahabat dengan
kezhaliman dan permusuhan Mereka (mengaku)
mencintai kerabat Nabi, tetapi mencela para
shahabat beliau Dua perdebatan yang
bertentangan di sisi Allah
–. [Nûniyah Al-Qahthâny hal. 21]
24.) Imam Abul Qâsim Ismail bin Muhammad Al-
Ashbahâny rahimahulllâh (W. 535 H)
Beliau berucap, “Orang-orang Khawarij dan
Rafidhah, madzhabnya telah mencapai
pengafiran shahabat dan orang-orang Qadariyah
yang mengafirkan kaum muslimin yang
menyelisihi mereka. Kami tidak berpendapat
bahwa boleh melaksanakan shalat di belakang
mereka, dan kami tidak berpendapat akan
kebolehan hukum para qadhi dan pengadilan
mereka. Juga bahwa, siapa saja di antara
mereka yang membolehkan kudeta dan
menghalalkan darah, tidak diterima persaksian
dari mereka.”
–. [Al-Hujjah Fî Bayân Al-Mahajjah 2/551]
25.) Imam Abu Bakr bin Al-‘Araby rahimahulllâh
(W. 543 H)
Beliau bertutur, “Tidaklah keridhaan orang-orang
Yahudi dan Nashara kepada pengikut Musa dan
Isa sama seperti keridhaan orang-orang
Rafidhah kepada para shahabat Muhammad
shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Yakni, (kaum
Rafidhah) menghukumi (para shahahabat
Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam) bahwa
para (shahabat) bersepakat di atas kekafiran dan
kebatilan.”
–. [Al-‘Awâshim Min Al-Qawâshim hal. 192]
26.) Imam Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahulllâh (W. 728 H)
Beliau menyatakan, “… dan cukuplah Allah
sebagai Yang Maha Mengetahui bahwa, dalam
seluruh kelompok yang bernisbah kepada Islam,
tiada yang (membawa) bid’ah dan kesesatan
yang lebih jelek daripada (kaum Rafidhah)
tersebut, serta tiada yang lebih jahil, lebih
pendusta, lebih zhalim, dan lebih dekat kepada
kekafiran, kefasikan, dan kemaksiatan, juga tiada
yang lebih jauh dari hakikat keimanan daripada
(kaum Rafidhah) itu.”
–. [Minhâj As-Sunnah 1/160]
Beliau berkata pula, “(Kaum Rafidhah) membantu
orang-orang Yahudi, orang-orang Nashara, dan
kaum musyrikin terhadap ahlul bait Nabi
shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan umat beliau
yang beriman sebagaimana mereka telah
membantu kaum musyrikin dari kalangan At-
Turk dan Tartar akan perbuatan mereka di
Baghdad dan selainnya terhadap ahlul bait Nabi
shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan Ma’din Ar-
Risâlah, keturunan Al-‘Abbâs dan ahlul bait yang
lain, berupa pembunuhan, penawanan, dan
perusakan negeri-negeri. Kejelekan dan bahaya
(orang-orang Rafidhah) terhadap umat Islam
takkan mampu dihitung oleh orang yang fasih
berbicara.”
–. [Majmu’ Al-Fatâwâ 25/309]
Sumber :
Disadur dan diringkas dari Al-Intishâr Li Ash-
Shahbi Wa Al-Âl Min Iftirâ`ât As-Samâwy Adh-
Dhâl hal. 90-110
Al-Imam Asy-Syafi’i
berkata: “Saya belum
melihat seorang pun yang paling banyak
bersaksi/bersumpah palsu (berdusta) dari
Syi’ah Rafidhah.” (Adabus Syafi’i, m/s. 187,
al-Manaqib karya al-Baihaqiy, 1/468 dan
Sunan al-Kubra, 10/208. Manhaj Imam asy-
Syafi’i fi Itsbat al-Aqidah, 2/486)
Inilah perkataan imam besar itu soal Syiah:
Yunus bin Abdila’la,
beliau berkata: Saya
telah mendengar asy-Syafi’i, apabila disebut
nama Syi’ah Rafidhah, maka ia mencelanya
dengan sangat keras, dan berkata: “Kelompok
terjelek! (terbodoh)”. (al-Manaqib, karya al-
Baihaqiy, 1/468. Manhaj Imam asy-Syafi’i fi
Itsbat al-Aqidah, 2/486)
Al-Imam Asy-Syafi’i
berkata: “Saya belum
melihat seorang pun yang paling banyak
bersaksi/bersumpah palsu (berdusta) dari
Syi’ah Rafidhah.” (Adabus Syafi’i, m/s. 187,
al-Manaqib karya al-Baihaqiy, 1/468 dan
Sunan al-Kubra, 10/208. Manhaj Imam asy-
Syafi’i fi Itsbat al-Aqidah, 2/486)
Al-Buwaitiy (murid Imam Syafi’i) bertanya
kepada Imam Syafi’i,
“Bolehkah aku shalat di
belakang orang Syiah?” Imam Syafi’i berkata,
“Jangan shalat di belakang orang Syi’ah, orang
Qadariyyah, dan orang Murji’ah” Lalu Al-
Buwaitiy bertanya tentang sifat-sifat mereka,
Lalu Imam Syafi’i menyifatkan, “Siapasaja
yang mengatakan Abu Bakr dan Umar bukan
imam, maka dia Syi’ah”. (Siyar A’lam Al-
Nubala 10/31)
Asy-Syafi’i
berkata tentang seorang Syi’ah
Rafidhah yang ikut berperang: “Tidak diberi
sedikit pun dari harta rampasan perang, kerana
Allah menyampaikan ayat fa’i (harta rampasan
perang), kemudian menyatakan: Dan orang-
orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin
dan Anshar), mereka berdoa: “Ya Rabb kami,
beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami
yang telah beriman lebih dahulu dari kami”.
(Surah al-Hasyr, 59: 10) maka barang siapa
yang tidak menyatakan demikian, tentunya
tidak berhak (mendapatkan bahagian
fa’i).” (at-Thabaqat, 2/117. Manhaj Imam asy-
Syafi’i fi Itsbat al-Aqidah, 2/487)
Imam as-Subki
Rahimahullah berkata, ‘Aku
melihat di dalam al-Muhith dari kitab-kitab
Hanafiah, dari Muhammad (bin Idris as-Syafi’i)
bahwa tidak boleh shalat di belakang
Rafidhah.’ (Fatawa as-Subki (II/576), lihat
juga Ushulud Din (342)). [sumber: mengenal
kesesatan syiah]
Imam Asy Syafi’i rahimahullah mengatakan:
ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺑَﻌْﺪَ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ
ﺃَﺑُﻮ ﺑَﻜْﺮٍ ﻭَﻋُﻤَﺮُ ﻭَﻋُﺜْﻤَﺎﻥُ ﻭَﻋَﻠِﻲٌّ
“Manusia paling mulia setelah Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam adalah Abu
Bakar, Umar, Utsman, dan Ali” ( Ma’rifat Sunan
wal Atsar , karya Imam Baihaqi 1/192)
percakapan Imam Asy Syafi’i dengan
murid seniornya, Al Buwaithi:
ﺍﻟﺒﻮﻳﻄﻲ ﻳﻘﻮﻝ : ﺳﺄﻟﺖ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ : ﺃﺻﻠﻲ ﺧﻠﻒ
ﺍﻟﺮﺍﻓﻀﻲ؟ ﻗﺎﻝ : ﻻ ﺗﺼﻞ ﺧﻠﻒ ﺍﻟﺮﺍﻓﻀﻲ، ﻭﻻ ﺍﻟﻘﺪﺭﻱ،
ﻭﻻ ﺍﻟﻤﺮﺟﺊ . ﻗﻠﺖ : ﺻﻔﻬﻢ ﻟﻨﺎ . ﻗﺎﻝ : ﻣﻦ ﻗﺎﻝ : ﺍﻹﻳﻤﺎﻥ
ﻗﻮﻝ، ﻓﻬﻮ ﻣﺮﺟﺊ، ﻭﻣﻦ ﻗﺎﻝ : ﺇﻥ ﺃﺑﺎ ﺑﻜﺮ ﻭﻋﻤﺮ ﻟﻴﺴﺎ
ﺑﺈﻣﺎﻣﻴﻦ، ﻓﻬﻮ ﺭﺍﻓﻀﻲ، ﻭﻣﻦ ﺟﻌﻞ ﺍﻟﻤﺸﻴﺌﺔ ﺇﻟﻰ ﻧﻔﺴﻪ،
ﻓﻬﻮ ﻗﺪﺭﻱ
Albuwaithi: “Aku pernah bertanya kepada Imam
Asy Syafi’i, apakah boleh aku shalat di
belakang orang berpaham (syi’ah) rafidhah?”
Imam Asy Syafi’i menjawab: “Janganlah shalat
di belakang orang yang berpaham Syi’ah
Rafidhah, atau orang berpaham Qadariyah,
atau orang berpaham Murji’ah!”.
Al Buwaithi mengatakan: “Sebutkanlah sifat
mereka kepada kami!”
Imam Syafi’i menjawab: “Barangsiapa
mengatakan bahwa iman itu perkataan saja,
maka ia seorang Murji’ah. Barangsiapa
mengatakan bahwa Abu Bakar dan Umar bukan
imam, maka ia seorang Syiah Rafidhah.
Barangsiapa menjadikan kehendak untuk
dirinya, maka ia seorang Qadariyah”
( Siyaru A’lamin Nubala , karya Imam Dzahabi
10/31).
Yunus bin Abdul A’la murid senior Imam Asy
Syafi’i mengatakan: Aku pernah mendengar
Imam Asy Syafi’i rahimahullah mengatakan:
ﺃﺟﻴﺰ ﺷﻬﺎﺩﺓ ﺃﻫﻞ ﺍﻷﻫﻮﺍﺀ ﻛﻠﻬﻢ ﺇﻻ ﺍﻟﺮﺍﻓﻀﺔ , ﻓﺈﻧﻬﻢ
ﻳﺸﻬﺪ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻟﺒﻌﺾ
“Aku membolehkan persaksiannya semua ahli
bid’ah, kecuali Syi’ah Rafidhah, karena mereka
itu saling memberi ‘kesaksian baik’ antara
satu dengan lainnya” ( Manaqib Syafi’i , karya
Imam Baihaqi 1/468).
Yunus bin Abdul A’la juga mengatakan:
ﺳﻤﻌﺖ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺇﺫﺍ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﺮﺍﻓﻀﺔ ﻋﺎﺑﻬﻢ ﺃﺷﺪ ﺍﻟﻌﻴﺐ,
ﻓﻴﻘﻮﻝ : ﺷﺮ ﻋﺼﺎﺑﺔ
Aku pernah mendengar Imam Syafi’i, bila
menyebut kelompok Syiah Rafidhah, beliau
mencela mereka dengan celaan yang paling
buruk, lalu beliau mengatakan: “mereka itu
komplotan yang paling jahat!” ( Manaqib
Syafi’i , karya Imam Baihaqi 1/468)
Al-Imam Asy-
Syafi’i
berkata: “Aku belum pernah tahu ada
yang melebihi Syi’ah Rafidhah dalam persaksian
palsu.” (Mizanul I’tidal, 2/27-28, karya Al-Imam
Adz-Dzahabi)
KH. HASYIM ASY`ARI dalam kitabnya
“Muqaddimah Qanun Asasi li Jam’iyyah
Nahdlatul Ulama’” memberi peringatan kepada
warga nahdliyyin agar tidak mengikuti paham
Syi’ah. Menurutnya, madzhab Syi’ah
Imamiyyah dan Syi’ah Zaidiyyah bukan
madzhab sah. Madzhab yang sah untuk diikuti
adalah Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.
Beliau mengatakan: “Di zaman akhir ini tidak
ada madzhab yang memenuhi persyaratan
kecuali empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi’i
dan Hambali. Adapun madzhab yang lain
seperti madzhab Syi’ah Imamiyyah dan Syi’ah
Zaidiyyah adalah ahli bid’ah. Sehingga
pendapat-pendapatnya tidak boleh
diikuti” (Muqaddimah Qanun Asasi li
Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’, hlm: 9).
BUYA HAMKA
Menilik kesemuanya ini dapatlah saya,
sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia
atau sebagai pribadi menjelaskan
pendirian saya dengan Revolusi Iran.
1. Sesuai dengan preambule
(pembukaan) UUD 1945, saya simpati
atas revolusi yang telah berlaku di negeri
Iran. Saya simpati karena mereka telah
menentang feodalisme Kerajaan Syah
yang tidak adil.
2. Karena ternyata revolusi Islamnya ialah
berdasar Mazhab Syi’ah, maka kita tidak
berhak mencampuri urusan dalam negeri
orang lain, dan sayapun tetap seorang
Sunni yang tak perlu berpegang pada
pendapat orang Syi’ah dan ajaran-ajaran
Ayatullah.
Ketika saya di Iran, datang empat orang
pemuda ke kamar hotel saya, dan dengan
bersemangat mereka mereka mengajari
saya tentang revolusi dan menyatakan
kenginannya untuk datang ke Indonesia
guna mengajarkan revolusi Islam Syi’ah
itu di Indonesia. Boleh datang sebagai
tamu, tapi ingat kami adalah bangsa
yang merdeka dan tidak menganut Syi’ah!
Ujar Buya Hamka.
Posisi Buya Hamka sendiri terkait Syi’ah
dapat kita rujuk dari tulisan-tulisannya.
Dalam majalah Panji Masyarakat No.
169/Tahun ke XVII, 15 Februari 1975 (4
Shafar 1395 H) hal 37-38, Buya Hamka
sudah menjelaskan lebih jauh kritiknya
terhadap ajaran Syi’ah yang menyelisihi
ahlus sunah. Bahkan Buya Hamka pun
mendudukkan posisi Hasan dan
Muawiyah sebagai dua pihak yang
menghendaki persatuan Islam. Jauh dari
lontaran caci maki seperti ditulis oleh
para tokoh-tokoh dan kitab-kitab Syi’ah
selama ini terhadap Muawiyah.
(Islampos.com)
HABIB ZEIN AL KAFF (Tokoh NU sekaligus HABIB)
menyatakan: Syiah sering berkedok Mazhab
Ahlul Bait untuk menipu umat Islam
Habib Ahmad Bin Zein Al Kaff mengingatkan
umat Islam atas bahayanya ajaran dan gerakan
Syiah yang sering bertopengkan Mazhab Ahlul
Bait. Menurutnya, kata Mazhab Ahlul Bait
digunakan sebagai kamuflase untuk mengelabui
umat dalam membedakan antara Syiah dan
Ahlul Bait yang sebenarnya.
“Syiah Imamiyah Itsna Atsariyah atau
Khomainiyah atau Jakfariyah sering berkedok
Mazhab Ahlul bait. Sehingga, banyak kaum
Muslimin yang tertipu tertarik dengan mereka,”
Kata Habib Ahmad Zein Al Kaff saat
memberikan ceramahnya pada acara Tabligh
Akbar “Mengokohkan Ahlussunnah Wal Jamaah
di Indonesia”, di Masjid Al Furqon Jakarta,
tahun kemarin.
Ajaran Syiah menurutnya, sangat berbeda dan
bertentangan dengan Islam baik dari sisi ajaran
pokok ataupun tata cara ibadahnya, selain itu
mereka memiliki keyakinan wajibnya menghina
istri-istri Nabi dan para Sahabat Rasulullah.
Penghinaan ini, kata habib Zein jika dilakukan
oleh orang-orang diluar Islam itu masih wajar.
Namun, ketika dilakukan oleh orang yang
mengaku Muslim ini lah yang sudah tidak
wajar.
“Jika penghinaan itu dilakukan oleh orang-
orang yang mengaku beriman kepada
Rasulullah, mereka lebih kejam dari orang-
orang kuffar (kafir-red) yang memerangi
pemimpin orang-orang Islam,” tegasnya tokoh
Ulama NU Jawa Timur ini.
Mengenai Peristiwa bentrokan di Sampang
Habib Zein, berkeyakinan hal tersebut akan
sering terjadi dikemudian hari jika akar
penyebabnya tidak selesaikan.
“Perkelahian seperti di Sampang akan terus
terjadi, selama penyakitnya tidak diselesaikan.
Apa penyakitnya ? yaitu ajaran syiah yang
sering mencaci maki para sahabat,” ungkap
Ketua Yayasan Al Bayyinat ini
Ia pun menegaskan kepada kaum Muslimin,
bahwasanya Indonesia merupakan Buminya
masyarakat Ahlus Sunnah yang selalu damai,
sebelum kedatangan ajaran syiah. Sehingga, Ia
membantah bahwa sunni pemecah belah
masyarakat.
“Indonesia ini negeri Ahlussunnah meskipun
mereka berbeda-beda dalam organisasi
kemasyarakatan, tetapi sejatinya mereka adalah
keluarga besar Ahlus sunnah yang mencintai
Nabi dan keluarga Nabi dan sejauh ini dapat
hidup harmonis,” tutupnya.
Habib Zein Al Kaff menyatakan: Jika Ada Habib
Yang Masuk Syiah, Dia Bukan Habib
Ulama Jawa Timur yang juga Ketua Bidang
Organisasi Al-Bayyinat, Habib Achmad Zein
Alkaf menyayangkan jika ada tokoh NU,
Muhammadiyah, habaib, dan para cendekian
muslim lainnya, yang menyatakan Syiah tidak
sesat.
Ia juga menegaskan, bahwa tidak ada habib
yang masuk atau berpaham Syiah. Jika ada
habib yang masuk Syiah, katanya, dia bukan
habib, tapi mantan habib.
“Saya menyesalkan jika ada kiai NU yang
membela Syiah, seperti KH. Said Agil Siraj.
Padahal, pendiri NU, KH. Hasyim Asy’ ari, sudah
wanti-wanti agar kaum Nahdhinin berpegang
pada empat mazhab, dan tidak dekat–dekat
serta berhubungan dengan Syiah,” tandas Habib
Zein.
Lebih lanjut, Habib Zein mengatakan, jika ada
Kiai NU yang membela Syiah, apalagi sampai
masuk syiah, maka sesungguhnya ia berkhianat
dengan pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari.
“Harus diakui, gerakan Syiah di Indonesia
sangat terorganisir. Mereka didukung dana yang
besar sekali dari Iran. Dengan dana tersebut,
sebagian tokoh ulama kita didekati , baik dari
NU maupun Muhammmadiyah, habaib dan
cendekiawan muslim lainnya. Tokoh-tokoh
Islam itu diundang ke Iran, seraya menunjukkan
keberhasilan Revokusi Islam Iran.”
Setelah tokoh-tokoh Sunni pulang dari Iran,
mereka pura-pura tidak tahu, bahkan tidak
peduli jika ada anggota keluarga yang digrogoti
Syiah. Seperti diketahui, diperkirakan 90%
pengikut Syiah indonesia berasal dari keluarga
Nahdhiyyin. Kini, ada tokoh NU yang malah
berangkulan dengan tokoh Syiah, dan membela
Syiah.
Slogan Ukhuwah Islamiyah yang didengungkan
kelompok Syiah, menurut Habib Zein, terlalu
mengada-ada. “Mereka mengaku umatnya Nabi
Muhammad, tapi kenapa kaum Syiah mencela
sahabat nabi dan istri nabi Saw. Kalau kaum
Syiah, ingin ukhuwah , kenapa tidak dilakukan di
Iran, bukan di bumi Ahlusunnah Waljamaah.”
Kenapa di Malaysia dan Brunei, meskipun
negara mereka berhubungan dengan Iran, tapi
aliran Syiah dilarang di Malaysia dan Brunei?
“Karena ulama di Malaysia tidak bisa dibeli oleh
apapun,” kata Habib Zein.
Bagaimana dengan di Indonesia, apakah
(oknum) ulama disini bisa dibeli? Wallohu’alam
KH. HASYIM ASY`ARI
dalam kitabnya
“Muqaddimah Qanun Asasi li Jam’iyyah
Nahdlatul Ulama’” memberi peringatan kepada
warga nahdliyyin agar tidak mengikuti paham
Syi’ah. Menurutnya, madzhab Syi’ah
Imamiyyah dan Syi’ah Zaidiyyah bukan
madzhab sah. Madzhab yang sah untuk diikuti
adalah Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.
Beliau mengatakan: “Di zaman akhir ini tidak
ada madzhab yang memenuhi persyaratan
kecuali empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi’i
dan Hambali. Adapun madzhab yang lain
seperti madzhab Syi’ah Imamiyyah dan Syi’ah
Zaidiyyah adalah ahli bid’ah. Sehingga
pendapat-pendapatnya tidak boleh
diikuti” (Muqaddimah Qanun Asasi li
Jam’iyyah Nahdlatul Ulama’, hlm: 9).
BUYA HAMKA
Menilik kesemuanya ini dapatlah saya,
sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia
atau sebagai pribadi menjelaskan
pendirian saya dengan Revolusi Iran.
1. Sesuai dengan preambule
(pembukaan) UUD 1945, saya simpati
atas revolusi yang telah berlaku di negeri
Iran. Saya simpati karena mereka telah
menentang feodalisme Kerajaan Syah
yang tidak adil.
2. Karena ternyata revolusi Islamnya ialah
berdasar Mazhab Syi’ah, maka kita tidak
berhak mencampuri urusan dalam negeri
orang lain, dan sayapun tetap seorang
Sunni yang tak perlu berpegang pada
pendapat orang Syi’ah dan ajaran-ajaran
Ayatullah.
Ketika saya di Iran, datang empat orang
pemuda ke kamar hotel saya, dan dengan
bersemangat mereka mereka mengajari
saya tentang revolusi dan menyatakan
kenginannya untuk datang ke Indonesia
guna mengajarkan revolusi Islam Syi’ah
itu di Indonesia. Boleh datang sebagai
tamu, tapi ingat kami adalah bangsa
yang merdeka dan tidak menganut Syi’ah!
Ujar Buya Hamka.
Posisi Buya Hamka sendiri terkait Syi’ah
dapat kita rujuk dari tulisan-tulisannya.
Dalam majalah Panji Masyarakat No.
169/Tahun ke XVII, 15 Februari 1975 (4
Shafar 1395 H) hal 37-38, Buya Hamka
sudah menjelaskan lebih jauh kritiknya
terhadap ajaran Syi’ah yang menyelisihi
ahlus sunah. Bahkan Buya Hamka pun
mendudukkan posisi Hasan dan
Muawiyah sebagai dua pihak yang
menghendaki persatuan Islam. Jauh dari
lontaran caci maki seperti ditulis oleh
para tokoh-tokoh dan kitab-kitab Syi’ah
selama ini terhadap Muawiyah.
(Islampos.com)
HABIB ZEIN AL KAFF (Tokoh NU sekaligus HABIB)
menyatakan: Syiah sering berkedok Mazhab
Ahlul Bait untuk menipu umat Islam
Habib Ahmad Bin Zein Al Kaff mengingatkan
umat Islam atas bahayanya ajaran dan gerakan
Syiah yang sering bertopengkan Mazhab Ahlul
Bait. Menurutnya, kata Mazhab Ahlul Bait
digunakan sebagai kamuflase untuk mengelabui
umat dalam membedakan antara Syiah dan
Ahlul Bait yang sebenarnya.
“Syiah Imamiyah Itsna Atsariyah atau
Khomainiyah atau Jakfariyah sering berkedok
Mazhab Ahlul bait. Sehingga, banyak kaum
Muslimin yang tertipu tertarik dengan mereka,”
Kata Habib Ahmad Zein Al Kaff saat
memberikan ceramahnya pada acara Tabligh
Akbar “Mengokohkan Ahlussunnah Wal Jamaah
di Indonesia”, di Masjid Al Furqon Jakarta,
tahun kemarin.
Ajaran Syiah menurutnya, sangat berbeda dan
bertentangan dengan Islam baik dari sisi ajaran
pokok ataupun tata cara ibadahnya, selain itu
mereka memiliki keyakinan wajibnya menghina
istri-istri Nabi dan para Sahabat Rasulullah.
Penghinaan ini, kata habib Zein jika dilakukan
oleh orang-orang diluar Islam itu masih wajar.
Namun, ketika dilakukan oleh orang yang
mengaku Muslim ini lah yang sudah tidak
wajar.
“Jika penghinaan itu dilakukan oleh orang-
orang yang mengaku beriman kepada
Rasulullah, mereka lebih kejam dari orang-
orang kuffar (kafir-red) yang memerangi
pemimpin orang-orang Islam,” tegasnya tokoh
Ulama NU Jawa Timur ini.
Mengenai Peristiwa bentrokan di Sampang
Habib Zein, berkeyakinan hal tersebut akan
sering terjadi dikemudian hari jika akar
penyebabnya tidak selesaikan.
“Perkelahian seperti di Sampang akan terus
terjadi, selama penyakitnya tidak diselesaikan.
Apa penyakitnya ? yaitu ajaran syiah yang
sering mencaci maki para sahabat,” ungkap
Ketua Yayasan Al Bayyinat ini
Ia pun menegaskan kepada kaum Muslimin,
bahwasanya Indonesia merupakan Buminya
masyarakat Ahlus Sunnah yang selalu damai,
sebelum kedatangan ajaran syiah. Sehingga, Ia
membantah bahwa sunni pemecah belah
masyarakat.
“Indonesia ini negeri Ahlussunnah meskipun
mereka berbeda-beda dalam organisasi
kemasyarakatan, tetapi sejatinya mereka adalah
keluarga besar Ahlus sunnah yang mencintai
Nabi dan keluarga Nabi dan sejauh ini dapat
hidup harmonis,” tutupnya.
Habib Zein Al Kaff menyatakan: Jika Ada Habib
Yang Masuk Syiah, Dia Bukan Habib
Ulama Jawa Timur yang juga Ketua Bidang
Organisasi Al-Bayyinat, Habib Achmad Zein
Alkaf menyayangkan jika ada tokoh NU,
Muhammadiyah, habaib, dan para cendekian
muslim lainnya, yang menyatakan Syiah tidak
sesat.
Ia juga menegaskan, bahwa tidak ada habib
yang masuk atau berpaham Syiah. Jika ada
habib yang masuk Syiah, katanya, dia bukan
habib, tapi mantan habib.
“Saya menyesalkan jika ada kiai NU yang
membela Syiah, seperti KH. Said Agil Siraj.
Padahal, pendiri NU, KH. Hasyim Asy’ ari, sudah
wanti-wanti agar kaum Nahdhinin berpegang
pada empat mazhab, dan tidak dekat–dekat
serta berhubungan dengan Syiah,” tandas Habib
Zein.
Lebih lanjut, Habib Zein mengatakan, jika ada
Kiai NU yang membela Syiah, apalagi sampai
masuk syiah, maka sesungguhnya ia berkhianat
dengan pendiri NU, KH Hasyim Asy’ari.
“Harus diakui, gerakan Syiah di Indonesia
sangat terorganisir. Mereka didukung dana yang
besar sekali dari Iran. Dengan dana tersebut,
sebagian tokoh ulama kita didekati , baik dari
NU maupun Muhammmadiyah, habaib dan
cendekiawan muslim lainnya. Tokoh-tokoh
Islam itu diundang ke Iran, seraya menunjukkan
keberhasilan Revokusi Islam Iran.”
Setelah tokoh-tokoh Sunni pulang dari Iran,
mereka pura-pura tidak tahu, bahkan tidak
peduli jika ada anggota keluarga yang digrogoti
Syiah. Seperti diketahui, diperkirakan 90%
pengikut Syiah indonesia berasal dari keluarga
Nahdhiyyin. Kini, ada tokoh NU yang malah
berangkulan dengan tokoh Syiah, dan membela
Syiah.
Slogan Ukhuwah Islamiyah yang didengungkan
kelompok Syiah, menurut Habib Zein, terlalu
mengada-ada. “Mereka mengaku umatnya Nabi
Muhammad, tapi kenapa kaum Syiah mencela
sahabat nabi dan istri nabi Saw. Kalau kaum
Syiah, ingin ukhuwah , kenapa tidak dilakukan di
Iran, bukan di bumi Ahlusunnah Waljamaah.”
Kenapa di Malaysia dan Brunei, meskipun
negara mereka berhubungan dengan Iran, tapi
aliran Syiah dilarang di Malaysia dan Brunei?
“Karena ulama di Malaysia tidak bisa dibeli oleh
apapun,” kata Habib Zein.
Bagaimana dengan di Indonesia, apakah
(oknum) ulama disini bisa dibeli? Wallohu’alam
A yg dungu,,, Syiah mazhab yg diakui sbg Islam.
Izinkanlah saya menulis / menebar sejumlah doa, semoga Allaah SWT mengabulkan, antara lain semoga Allaah SWT mempercepat kebangkitan kaum Muslim, memulihkan kejayaan kaum Muslim, melindungi kaum Muslim dari kesesatan – terutama kemurtadan, memberi kaum Muslim tempat yang mulia diakhirat (khususnya para salaf al-shaalih dan para anggota “Wali Songo”). Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘alamiin.
Lebih dan kurang saya mohon maaf. Semoga Allaah SWT selalu mencurahkan kasih sayang kepada kaum Muslim : yang hidup dan yang mati, di dunia dan di akhirat. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.
Asyhaduu anlaa ilaaha illallaah wa asyhaduu anna muhammadarrasuulullaah
A’uudzubillaahiminasysyaithaanirrajiim
Bismillahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin,
Arrahmaanirrahiim
Maaliki yaumiddiin,
Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
Ihdinashirratal mustaqiim,
Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin
Aamiin
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, hamdan yuwaafi ni’amahu, wa yukafi mazidahu, ya rabbana lakal hamdu. Kama yanbaghi lii jalaali wajhika, wa ‘azhiimi sulthaanika.
Allaahumma shali wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi ajma’iin.
Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, keluarganya, sahabatnya, umatnya semuanya.
Allaahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummmatihi ajma’iin. Shalaatan tunjinaa bihaa min jamii’il-ahwaali wal aafaat. Wa taqdhii lanaa bihaa jamii’al-haajaat. Wa tuthahhiruna bihaa min jamii’is-sayyi-aat. Wa tarfa’unaa bihaa ‘indaka a’lad-darajaat. Wa tuballighuna bihaa aqshal-ghaayaati min jamii’ilkhairaati fil hayaati wa ba’dal mamaat.
Ya Allaah, limpahkanlah shalawat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, keluarganya, sahabatnya dan umatnya, shalawat yang dengannya kami selamat dari semua ketakutan dan bencana, dan Engkau sucikan kami dari semua kejahatan, Engkau angkat kami ke derajat yang tinggi di sisiMu, dan Engkau sampaikan semua cita-cita kami berupa kebaikan-kebaikan dalam hidup maupun sesudah mati.
Allaahumma shalli wa sallim wa baarik ‘alaa nuuril anwaar. Wa sirril asraar. Wa tiryaqil-aghyaar. Wa miftaahil baabil yasaar. Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadanil-mukhtaari wa aalihil-ath-haari wa ash-haabihil akhyaar. ‘Adada ni’amillaahi wa afdhaalih.
Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkah atas cahaya di antara segala cahaya, rahasia di antara segala rahasia, penetral duka, dan pembuka pintu kemudahan, junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, manusia pilihan, juga kepada keluarganya yang suci dan sahabatnya yang baik, sebanyak jumlah kenikmatan Allah dan karuniaNya.
Allaahumma shalli shalatan kaamilah. Wa sallim salaaman taamman ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadanil-ladzii tanhallu bihil-‘uqad. Wa tanfariju bihil-kuruub. Wa tuqdhaa bihil hawaa-iju wa tunaalu bihir-raghaa-ibu wa husnul-khawaatim. Wa yustasqal-ghamaamu biwajhihil-kariim. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi fii kulli lamhatin wa nafasin bi’adadi kulli ma’luumin laka.
Ya Allaah, limpahkanlah shalawat yang sempurna dan salaam yang sempurna pula, kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, yang dengan beliau itu Engkau lenyapkan kesusahan, Engkau tunaikan segala kebutuhan, dan diperoleh segala keinginan dan akhir hidup yang baik, serta diberi minum dari awan berkat wajahMu yang mulia. Juga kepada keluarganya, sahabatnya dan umatnya dalam setiap kejapan mata dan tarikan nafas, sebanyak jumlah pengetahuan yang Engkau miliki.
Allaahumma shalli ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadinil-habiibil-mahbuub. Syaafil ‘ilali wa mufarrijil-kuruub. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummmatihi wa baarik wa sallim.
Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, kekasih dan yang dikasihi, (dengan izin Allah) penyembuh penyakit dan pelepas kesusahan, serta kepada keluarga, sahabat dan umatnya.
Allaahumma shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin fil-awwaliin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin fil-aakhirin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin fin-nabiyyiin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin fil-mursaliin. Wa shalli wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammadin fil mala-il a’laa ilaa yaumid-diin. Wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummmatihi ajma’iin.
Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan dan pemimpin kami Muhammad di kalangan orang-orang terdahulu. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad di kalangan orang-orang kemudian. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad di kalangan para nabi. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad di kalangan para rasul. Limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad di kalangan para arwah hingga hari kemudian, serta kepada keluarga, sahabat dan umatnya.
Allaahumma shali wa sallim wa baarik ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi ‘adada in’aamillaahi wa ifdhaalih.
Ya Allaah, limpahkanlah shalawat, salam dan berkat kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad, keluarganya, sahabatnya, umatnya sebanyak jumlah nikmat Allah dan karuniaNya.
Allaahumma shalli wa sallim wa baarik, ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ikhwaanihii minal anbiyaa-i wal mursaliin, wa azwaajihim wa aalihim wa dzurriyyaatihim wa ash-haabihim wa ummatihim ajma’iin.
Ya Allaah, berilah shalawat serta keselamatan dan keberkahan, untuk junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad SAW dan saudara-saudaranya dari para Nabi dan Rasul, dan istri-istri mereka semua, keluarga mereka, turunan-turunan mereka, dan sahabat-sahabat dari semua Nabi dan Rasul, termasuk Sahabat-Sahabatnya Nabi Muhammad semua dan semua yang terkait dengan Nabi Muhammad SAW.
Allaahumma innaa nas’aluka salaamatan fiddiini waddun-yaa wal akhirati wa ’aafiyatan fil jasadi wa ziyaadatan fil ‘ilmi wabarakatan firrizqi wa taubatan qablal mauti, wa rahmatan ‘indal mauti, wa maghfiratan ba’dal maut. Allahuma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil mauti, wannajaata minannaari wal ‘afwa ‘indal hisaab.
Ya Allaah, sesungguhnya kami memohon pada-Mu keselamatan dalam agama, dunia, akhirat, kesejahteraan/kesehatan jasmani, bertambah ilmu pengetahuan, rezeki yang berkat, diterima taubat sebelum mati, dapat rahmat ketika mati dan dapat ampunan setelah mati. Ya Allah, mudahkanlah kami pada waktu sekarat dan selamatkanlah kami dari api neraka serta kami mohon kemaafan ketika dihisab.
Allaahumma inna nas aluka husnul khaatimah wa na’uudzubika min suu ul khaatimah.
Ya Allaah, sesungguhnya kami memohon pada-Mu akhir yang baik dan berlindung dari akhir yang buruk.
Allaahuma inna nas’aluka ridhaka waljannata wana’uudzubika min shakhkhatika wannaar.
Ya Allaah, sesungguhnya kami mohon keridhaan-Mu dan sorga, kami berlindung kepada-Mu dari kemurkaan-Mu dan siksa neraka.
Allaahummadfa’ ‘annal balaa-a walwabaa-a walfahsyaa-a wasy-syadaa-ida walmihana maa zhahara minhaa wamaa bathana min baladinaa haadzaa khaash-shataw wamin buldaanil muslimuuna ‘aammah.
Yaa Allaah, jauhkanlah bencana, wabah, kekejian, kekerasan dan cobaan – yang terlihat maupun tersamar – dari negeri kami khususnya dan dari dunia Muslim umumnya.
Allaahumma ahlikil kafarata walmubtadi-‘ata walmusyrikuun, a’daa-aka a’daa-ad diin.
Yaa Allaah, hancurkalah musuhmu, musuh agamamu, yaitu orang kafir, bid’ah dan musyrik.
Allaahumma syatttit syamlahum wa faariq jam-‘ahum, wazalzil aqdaamahum.
Yaa Allaah, cerai beraikanlah persatuan mereka, goyahkanlah keyakinan mereka.
Allaahumma adkhilnii mudkhala shidqiw wa-akhrijnii mukhraja shidqiw waj-‘al lii milladunka sulthaanan nashiiraa.
Yaa Allaah, masukkanlah kami melalui jalan yang benar, keluarkanlah kami melalui jalan yang benar, dan berilah aku kekuasaan yang menolong.
——(doa khusus untuk para salaf al-shaalih dan para anggota “Wali Songo”, semoga Allaah selalu mencurahkan kasih sayang kepada mereka).
ALLAAHUMMAGHFIRLAHUM WARHAMHUM WA’AAFIHIM WA’FU ‘ANHUM
ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHUM WA LAA TAFTINNAA BA’DAHUM WAGHFIRLANAA WALAHUM
———————
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aziizil jabbaar
Laa ilaaha illallaah, subhaanar ra-uufirrahiim
Laa ilaaha illallah, subhaanal ghafuurirrahim
Laa ilaaha illallaah, subhaanal kariimil hakiim
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci raja yang maha suci
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha perkasa lagi maha bijaksana
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengasih lagi maha penyayang
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengampun lagi maha penyayang
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mulia lagi maha bijaksana
Laa ilaaha illallaah, subhaanal qawiyyil wafiyy
Laa ilaaha illallaah, subhaanal lathiifil khabiir
Laa ilaaha illallaah, subhaanash shamadil ma’buud
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghafuuril waduud
Laa ilaaha illallaah, subhaanal wakiilil kafiil
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kuat lagi maha memenuhi
Tiada tuhan selain Allaah, yang maha halus lagi maha mengetahui
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang bergantung padanya segala hal lagi yang disembah
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengampun lagi maha pencinta
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha penolong lagi maha pelindung
Laa ilaaha illallaah, subhaanar raqiibil hafiizh
Laa ilaaha illallaah, subhaanad daa-imil qaa-im
Laa ilaaha illallaah, subhaanal muhyil mumiit
Laa ilaaha illallaah, subhaanal hayyil qayyuum
Laa ilaaha illallaah, subhaanal khaaliqil baari’
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengawasi lagi maha memelihara
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang hidup kekal lagi mengurus ciptaannya
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menghidupkan lagi mematikan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus ciptaannya
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menciptakan lagi menjadikan
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aliyyil ‘azhiim
Laa ilaaha illallaah, subhaanal waahidil ahad
Laa ilaaha illallaah, subhaanal mu’minil muhaimin
Laa ilaaha illallaah, subhaanal habiibisy syahiid
Laa ilaaha illallaah, subhaanal haliimil kariim
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha tinggi lagi maha besar
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha esa lagi tunggal
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memberi keamanan lagi maha memelihara
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhanyang maha mencintai lagi maha menyaksikan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha penyantun lagi maha mulia
Laa ilaaha illallaah, subhaanal awwalil qadiim
Laa ilaaha illallaah, subhaanal awwalil aakhir
Laa ilaaha illallaah, subhaanazh zhaahiril baathin
Laa ilaaha illallaah, subhaanal kabiiril muta-‘aal
Laa ilaaha illallaah, subhaanal qaadhil haajat
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang pertama lagi terdahulu
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang awal dan yang akhir
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang nyata lagi yang rahasia
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha besar lagi maha tinggi
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memenuhi semua keperluan
Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil ‘arsyil ‘azhim
Laa ilaaha illallaah, subhaanar rahmaanir rahiim
Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbiyal a’laa
Laa ilaaha illallaah, subhaanal burhaanis sulthaan
Laa ilaaha illallaah, subhaanas samii-‘il bashiir
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menguasai singgasana yang besar
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pemurah lagi maha penyayang
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha tinggi
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki bukti kekuasaan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mendengar lagi maha melihat
Laa ilaaha illallaah, subhaanal waahidil qahhaar
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aliimil hakiim
Laa ilaaha illallaah, subhaanas sattaaril ghaffaar
Laa ilaaha illallaah, subhaanar ramaanid dayaan
Laa ilaaha illallaah, subhaanal kabiiril akbar
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha esa lagi maha mengalahkan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahui lagi maha bijaksana
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha menutupi kesalahan lagi maha pengampun
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha agung lagi maha besar
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aliimil ‘allaam
Laa ilaaha illallaah, subhaanasy syaafil kaafi
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘azhiimil baaqii
Laa ilaaha illallaah, subhaanash shamadil ahad
Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil ardhi was samaawaati
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahui lagi maha memeriksa
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menyembuhkan lagi mencukupi
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha besar lagi maha kekal
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang bergantung padanya segala hal lagi esa
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghafuurisy syakuur
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘azhiimil ‘aliim
Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil mulki wal alakuut
Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil ‘izzati wal ‘azhamah
Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil haibati wal qudrah
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengampun lagi maha membalas
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha besar lagi maha mengetahui
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki kerajaan bumi dan langit
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang mempunyai keagungan dan kebesaran
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang mempunyai pengaruh dan kekuasaan
Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil kibriyaa-i wal jabaruut
Laa ilaaha illallaah, subhaanas sattaaril ‘azhiim
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aalimil ghaiib
Laa ilaaha illallaah, subhaanal hamidil majiid
Laa ilaaha illallaah, subhaanal hakiimil qadiim
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki kebesaran dan kekuasaan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha menutupi kesalahan lagi maha besar
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menegtahui hal ghaib
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha terpuji lagi maha mulia
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan ang maha bijaksana lagi maha terdahulu
Laa ilaaha illallaah, subhaanal qaadiris sattaar
Laa ilaaha illallaah, subhaanas samii-‘il ‘aliim
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyil ‘azhiim
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘allaamis salaam
Laa ilaaha illallaah, subhaanal malikin nashiir
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kuasa lagi maha mnutupi kesalahan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mendengar lgi maha mengeahui
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha besar
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahui lagi maha damai
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha raja lagi maha penolong
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyir rahmaan
Laa ilaaha illallaah, subhaanal qariibil hasanaat
Laa ilaaha illallaah, subhaana waliyyil hasanaat
Laa ilaaha illallaah, subhaanash shabuuris sattaar
Laa ilaaha illallaah, subhaana khaaliqin nuur
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha pengasih
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha dekat kebaikannya
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan maha menguasai kebaikan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan maha penyabar lagi menutupi kesalahan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yan menciptakan cahaya
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyil mu’jiz
Laa ilaaha illallaah, subhaanal faadhilisy syakuur
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ghaniyyil qadim
Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil jalaalil mubiin
Laa ilaaha illallaah, subhaanal khaalishil mukhlish
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha mengalahkan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha utama lagi maha berterima kasih
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha kaya lagi maha terdahulu
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang punya keluhuran lagi maha menjelaskan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha murni lagi memurnikan
Laa ilaaha illallaah, subhaanash shaadiqil wa’di
Laa ilaaha illallaah, subhaanal haqqil mubiin
Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil quwwatil matiin
Laa ilaaha illallaah, subhaanal qawiyyil ‘aziiz
Laa ilaaha illallaah, subhaanal hayyil ladzii laa yamuut
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang benar janjinya
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha benar lagi maha menjelaskan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang punya kekuatan lagi maha kokoh.
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha hidup lagi tidak mati
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘allaamil ghuyuub
Laa ilaaha illallaah, subhaanas sattaaril ‘uuyuub
Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil ‘aalamiin
Laa ilaaha illallaah, subhaanar rahmaanis sattaar
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mengetahui yang ghaib
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yan maha menutupi semua cacat
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki ampunan lagi dimintai pertolongan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan semesta alam
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengasih lagi maha menutupi
Laa ilaaha illallaah, subhaanar rahiimil ghaffaar
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aziizil wahhaab
Laa ilaaha illallaah, subhaana qaadiril muqtadir
Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil ghufraanil haliim
Laa ilaaha illallaah, subhaana malikil mulk
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha penyayang lagi maha pengampun
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha agung lagi maha pemurah
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yangmaha kuasa lagi maha memberi kekuasaan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang memiliki semua kerajaan
Laa ilaaha illallaah, subhaanal baari-il mushawwir
Laa ilaaha illallaah, subhaanal ‘aziizil jabbaar
Laa ilaaha illallaah, subhaanallaahi ‘amma yashifun
Laa ilaaha illallaah, subhaanal jabbaaril mutakabbir
Laa ilaaha illallaah, subhaanal qudduusis shubbuuh
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang menciptakan lagi memberi bentuk
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha mulia lagi maha perkasa
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha perkasa lagi maha membangga
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan dari apa yang dianggap oleh orang kafir
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan dalam sosok dan sifat
Laa ilaaha illallaah, subhaana rabbil malaa-ikati war ruuh
Laa ilaaha illallaah, subhaana dzil aalaa-I wanna’maa-i
Laa ilaaha illallaah, subhaanal malikil maqshuud
Laa ilaaha illallaah, subhaana hannaanil mannaan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan para malaikat dan ruh
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan pemilik tanda-tanda tinggi dan nikmat
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan raja yang menjadi tujuan
Tiada tuhan selain Allaah, maha suci tuhan yang maha pengasih dan pemberi
Laa ilaaha illallaah, sayyidina aadamu ‘alaihis salaam shafiyyullaah
Laa ilaaha illallaah, sayyidina nuuhun ‘alaihis salaam najiyyulaah
Laa ilaaha illallaah, sayyidina ibraahiimu ‘alaihis salaam khaliilullaah
Laa ilaaha illallaah, sayyidina ismaa-‘iilu ‘alaihis salaam dzabiihullaah
Laa ilaaha illallaah, sayyidina muusaa ‘alaihis salaam kaliimullaah
Laa ilaaha illallaah, sayyidina daawuudu ‘alaihis salaam khaliifatullaah
Laa ilaaha illallaah, sayyidina ‘iisaa ‘alaihis salaam ruuhullaah
Laa ilaaha illallaah, sayyidina wa nabiyyina wa maulaana muhammadur rasuulullaah shallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was sallam
Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Aadam AS pilihan Allaah
Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Nuuh AS diselamatkan Allaah
Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Ibraahiim AS teman dekat Allaah
Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Ismaa-‘iil AS yang disembelih Allaah
Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Muusaa AS yang diajak bicara oleh Allaah
Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina Daawuudu AS khalifah Allaah
Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina ‘Iisaa AS ruh Allaah
Tiada tuhan selain Allaah, sayyidina wa nabiyyina wa maulaana Muhammad shallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was sallam utusan Allaah
Allaahummarhamnaa bibarakati tauraati sayyidina muusaa ‘alaihis salaam wa injiili sayyidina ‘iisaa ‘alaihis salaam wa zabuuri sayyidina daawuudu ‘alaihis salaam wa furqaani sayyidina wa nabiyyina wa maulaana muhammad shallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was sallam, birahmatika yaa arhamar raahimiin, walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin.
Ya Allaah, kasihilah kami dengan berkah Taurat Sayyidina Muusaa AS, Injil Sayyidina ‘Iisaa AS, Zabuur Sayyidina Daawuud AS dan al-Furqaan / al-Qur-an sayyidina wa nabiyyina wa maulaana Muhammad shallaahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was sallam utusan Allaah, dengan kasihmu, yang maha penyayang. Dan segala puji bagi Allaah, tuhan semesta.
Ya Allaah, terimalah amal saleh kami, ampunilah amal salah kami, mudahkanlah urusan kami, lindungilah kepentingan kami, ridhailah kegiatan kami, angkatlah derajat kami dan hilangkanlah masalah kami.
Ya Allaah, tetapkanlah kami selamanya menjadi Muslim, tetapkanlah kami selamanya dalam agama yang kau ridhai – Islam, tetapkanlah kami selamanya menjadi umat dari manusia yang paling engkau muliakan – Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallahu’alaihi wa alihi wa shahbihi wa ummatihi, wa baraka wassallam.
Ya Allaah, percepatlah kebangkitan kaum Muslim. Pulihkanlah kejayaan kaum Muslim, Lindungilah kaum Muslim dari kesesatan terutama kemurtadan. Berilah kaum Muslim tempat mulia di akhirat.
Ya Allaah, jadikanlah Indonesia dan dunia Muslim tetap dimiliki kaum Muslim. Jadikanlah Indonesia dan dunia Muslim baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur. Jadikanlah dunia non Muslim dimiliki kaum Muslim. Jadikanlah musuh Islam ditaklukan orang Islam.
Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiina imaamaa.
Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami jodoh dan keturunan sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
RABBI LAA TADZARNI FARDAN WA ANTA KHAIRUL WAARITSIN.
Ya Allah janganlah engkau tinggalkan aku seorang diri dan engkau sebaik-baik dzat yang mewarisi.
ALLAAHUMMAFTAHLII HIKMATAKA WANSYUR ‘ALAYYA MIN KHAZAA INI RAHMATIKA YAA ARHAMAR-RAAHIMIIN.
Ya Allah bukakanlah bagiku hikmah-Mu dan limpahkanlah padaku keberkahan-Mu, wahai Yang Maha Pengasih dan Penyayang
RABBI INNII LIMAA ANZALTA ILAYYA MIN KHAIRIN FAQIIR.
Ya Rabb, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.
Ya Allaah, dengan hak yang kau berikan pada kalimah syahadat, Surah al-Fatihah, Doa Kanzul ‘Arsy dan shalawat, salam dan berkah semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shallahu’alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassallam, kami mohon segala hal yang terbaik, segala hal yang terindah bagi semesta – khususnya kami, keluarga kami dan seluruh kaum Muslim.
Yaa Allaah, dengan segala hak yang kau berikan pada kalimah syahadat, Surah al-Fatihah, Doa Kanzul ‘Arsy dan shalawat, salam, berkah semoga selalu tercurah kepada Sayyidina wa Nabiyyina wa Maulaanaa Muhammad Shallaahu’alaihi wa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka was sallam, kabulkanlah yaa Allaah segala doaku.
Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaabannaar wa adkhilnal jannata ma’al abraar.
Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di dunia dan kesejahteraan di akhirat, dan hindarkanlah kami dari siksaan neraka serta masukanlah kami ke surga bersama orang-orang baik.
Rabbanaa taqabbal minna innaka antassamii’ul aliimu wa tub’alainaa innaka antattawwaaburrahiim. Washshalallaahu ‘alaa sayyidinaa wa nabiyyinaa wa maulaanaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassallam.
Tuhan kami, perkenankanlah do’a-do’a kami, karena sesungguhnya Engkau Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Menerima taubat dan Maha Penyayang. Shalawat, salam dan berkah semoga dilimpahkan kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad s.a.w, atas keluarganya, sahabatnya dan umatnya semuanya.
HASBUNALLAAH WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULA WANI’MAN NASHIIR.
Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung, Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.
Subhana rabbika rabbil ‘izzati, ‘amma yasifuuna wa salamun ‘alal anbiyaa-i wal mursaliin, walhamdulillahirabbil ‘aalamiin.
Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.
Mbulet… senjata andalanya Taqiyah.