Metode ilmu pengetahuan

Logika Dalam Metode Ilmu Pengetahuan
Dalam “The Method of Science”, Thomas Henry Huxley (1825-1895) menulis :

“Metode penelitian ilmu pengetahuan tidak lain daripada rumusan cara kerja yang mutlak dari budi manusia. Metode itu hanya cara yang biasa untuk menelaah semua fenomena, yang telah ditingkatkan, sehingga menjadi tepat dan tegas. Perbedaannya tidak lebih dari itu, akan tetapi justru di situ ada perbedaan semacam yang terdapat di antara apa yang dikerjakan oleh seorang ilmuwan dan orang biasa, seperti diantara pekerjaan dan cara-cara tukang roti atau seorang jagal, yang menimbang bahan-bahannya dengan menggunakan timbangan biasa dan pekerjaan seorang ahli kimia, yang mengadakan analisa sukar dan kompleks dengan menggunakan balans dan bobot-bobot yang terperinci dan sangat teliti. Soalnya bukan karena cara kerja timbangan dan balans itu berbeda prinsip konstruksi dan prinsip kerjanya, akan tetapi yang satu bahunya dipasang di atas as yang jauh lebih halus daripada yang lain, dan dengan sendirinya bergerak kalau ditambah bobot yang jauh leih kecil”.

Menurut rekonstruksi formal Huxley, penalaran ilmiah terdiri atas dua tahap: tahap induksi berdasarkan observasi dan penerapan hukum alam. Dalam ilmu pengetahuan, misalnya dengan menggunakan alat seperti mikroskop, timbangan dan takaran yang teliti, dalam ilmu sosial dengan menggunakan daftar pertanyaan, menentukan kondisi setiap orang yang ditanyai (responden): umurnya, pekerjaannya, agamanya, dan sebagainya. Melalui induksi, kesimpulannya dapat berupa hukum, jika diperkirakan tidak akan pernah terbantah oleh observasi lain. Berupa teori jika berlakunya harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Kalau dasar observasi dianggap masih kurang kuat, konklusinya dapat disebut hipotesa.

Pada tahap kedua, penerapan hukum alam ini ialah suatu deduksi. Ilmu pengetahuan meramalkan atau membuat prediksi, bahwa hukum, teori, atau hipotesa itu akan berlaku untuk semua kondisi yang sama seperti yang diobservasi terlebih dahulu dan menghasilkan hukum, teori, atau hipotesa itu. Ini adalah bentuk penalaran deduktif.

Konklusi dari deduksi itu dalam ilimu pengetahuan diteliti lagi. Mealului observasi yang cermat dikumpulkan fakta-fakta seperti yang dimaksudkan. Berdasarkan fakta-fakta itu ditarik kesimpulannya melalui induksi lagi, seperti pada tahap pertama. Konklusinya tidak boleh bertentangan dengan konklusi tahap pertama. Dalam ilmu pengetahuan ini disebut verifikasi atau lebih tepatnya koroborasi.

Karena ilmu pengetahuan (empirik) bermaksud mengumpulkan pengetahuan tentang fakta atau observasi yang dapat dibenarkan dengan pengamatan indera (empirically verifiable observation), maka jelaslah bahwa sekali observasinya tepat, benar-tidaknya hasil pengethuan ilmiah itu tergantung dari tepat-tidaknya penalaran yang disusun berdasarkan fakta itu. Meskipun induksi maupun deduksi mutlak diperlukan dalam proses ilmu pengetahuan, peranan induksi kelihatan lebih menonjol, karena dalam ilmu pengetahuan akhirnya faktalah yang menentukan benar-tidaknya pengetahuan. Usaha mengumpulkan pengetahuan inilah yang disebut penelitian (ilmiah).

Ilmu Pengetahuan, Metode Ilmiah dan Penelitian Ilmiah
Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui langsung dari pengalaman, berdasarkan panca indra, dan diolah oleh akal budi secara spontan. Pada intinya, pengetahuan bersifat spontan, subjektif dan intuitif. Pengetahuan berkaitan erat dengan kebenaran, yaitu kesesuaian antara pengetahuan yang dimiliki manusia dengan realitas yang ada pada objek.

Pengetahuan dapat dibedakan menjadi pengetahuan non-ilmiah dan pengetahuan pra-ilmiah. Pengetahuan non-ilmiah adalah hasil serapan indra terhadap pengalaman hidup sehari-hari yang tidak perlu dan tidak mungkin diuji kebenarannya. Pengetahuan non-ilmiah tidak dapat dikembangkan menjadi pengetahuan ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tertentu tentang jin atau makhluk halus di tempat tertentu, keampuhan pusaka, dan lain-lain. Pengetahuan prailmiah adalah hasil serapan indra dan pemikiran rasional yang terbuka terhadap pengujian lebih lanjut menggunakan metode-metode ilmiah. Misalnya pengetahuan orang tentang manfaat rebusan daun jambu biji untuk mengurangi gejala diare.

Ilmu (sains) berasal dari Bahasa Latin scientia yang berarti knowledge. Ilmu dipahami sebagai proses penyelidikan yang berdisiplin. Ilmu bertujuan untuk meramalkan dan memahami gejala-gejala alam. Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan yang telah diolah kembali dan disusun secara metodis, sistematis, konsisten dan koheren. Agar pengetahuan menjadi ilmu, maka pengetahuan tadi harus dipilah (menjadi suatu bidang tertentu dari kenyataan) dan disusun secara metodis, sistematis serta konsisten. Tujuannya agar pengalaman tadi bisa diungkapkan kembali secara lebih jelas, rinci dan setepat-tepatnya.

Metodis berarti dalam proses menemukan dan mengolah pengetahuan menggunakan metode tertentu, tidak serampangan. Sistematis berarti dalam usaha menemukan kebenaran dan menjabarkan pengetahuan yang diperoleh, menggunakan langkah-langkah tertentu yang teratur dan terarah sehingga menjadi suatu keseluruhan yang terpadu. Koheren berarti setiap bagian dari jabaran ilmu pengetahuan itu merupakan rangkaian yang saling terkait dan berkesesuaian (konsisten). Sedangkan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan disebut penelitian (research). Usaha-usaha itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.

Ilmu pengetahuan atau pengetahuan ilmiah dapat dibedakan atas:

Ilmu Pengetahuan Fisis-Kuantitatif, sering disebut pengetahuan empiris. Pengetahuan ini diperoleh melalui proses observasi serta analisis atas data dan fenomena empiris. Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah geologi, biologi, antropologi, sosiologi, dan lain-lain.
Ilmu Pengetahuan Formal-Kualitatif, sering disebut pengetahuan matematis. Ilmu ini diperoleh dengan cara analisis refleksi dengan mencari hubungan antara konsep-konsep. Termasuk dalam kelompok ilmu ini adalah logika formal, matematika, fisika, kimia, dan lain-lain.
Ilmu Pengetahuan Metafisis-Substansial, sering disebut pengetahuan filsafat. Pengetahuan filsafat diperoleh dengan cara analisis refleksi (pemahaman, penafsiran, spekulasi, penilaian kritis, logis rasional) dengan mencari hakikat prinsip yang melandasi keberadaan seluruh kenyataan.

Pengertian Metode Ilmiah

Metode Ilmiah merupakan suatu cara sistematis yang digunakan oleh para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol. Pelaksanaan metode ilmiah ini melalui tahap-tahap berikut:

Merumuskan masalah. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan, yang dapat muncul karena adanya pengamatan dari suatu gejala-gejala yang ada di lingkungan.
Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat pada pemecahan masalah. Sering disebut juga mengkaji teori atau kajian pustaka.
Merumuskan hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah pustaka.
Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
Menganalisis data (hasil) percobaan untuk menghasilkan kesimpulan.
Penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan ini berdasarkan pada analisis data-data penelitian. Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang objektif, tidak dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal (dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja akan memberikan hasil yang sama).
Menguji kesimpulan. Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji senantiasa mendukung hipotesis maka hipotesis itu bisa menjadi kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.

Metode ilmiah didasari oleh sikap ilmiah. Sikap ilmiah semestinya dimiliki oleh setiap penelitian dan ilmuwan. Adapun sikap ilmiah yang dimaksud adalah :

Rasa ingin tahu
Jujur (menerima kenyataan hasil penelitian dan tidak mengada-ada)
Objektif (sesuai fakta yang ada, dan tidak dipengaruhi oleh perasaan pribadi)
Tekun (tidak putus asa)
Teliti (tidak ceroboh dan tidak melakukan kesalahan)
Terbuka (mau menerima pendapat yang benar dari orang lain)

Penelitian Ilmiah

Salah satu hal yang penting dalam ilmu pengetahuan adalah penelitian (research). Research berasal dari kata re yang berarti kembali dan search yang berarti mencari, sehingga research atau penelitian dapat didefinisikan sebagai suatu usaha untuk mengembangkan dan mengkaji kebenaran suatu pengetahuan. Penelitian ilmiah didefinisikan sebagai rangkaian pengamatan yang sambung menyambung, berakumulasi dan melahirkan teori-teori yang mampu menjelaskan dan meramalkan fenomena-fenomena.

Penelitian ilmiah sering diasosiasikan dengan metode ilmiah sebagai tata cara sistimatis yang digunakan untuk melakukan penelitian. Penelitian ilmiah juga menjadi salah satu cara untuk menjelaskan gejala-gejala alam. Adanya penelitian ilmiah membuat ilmu berkembang, karena hipotesis-hipotesis yang dihasilkan oleh penelitian ilmiah seringkali mengalami retroduksi.

Suatu penelitian harus memenuhi beberapa karakteristik untuk dapat dikatakan sebagai penelitian ilmiah. Umumnya ada empat karakteristik penelitian ilmiah, yaitu :

Sistematik, yang berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik. Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal, yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bisa prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus) atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
Empirik, artinya suatu penelitian biasanya didasarkan pada pengalaman sehari-hari (fakta aposteriori, yaitu fakta dari kesan indra) yang ditemukan atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan penelitian empirik ada tiga yaitu :a). Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu sama lain). b). Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu. c). Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan, melainkan ada penyebabnya (ada hubungan sebab akibat).
Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus diuji kembali oleh peneliti lain dan harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variabel menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.

Sains, suatu proses yang bekerja dengan metode ilmiah, telah banyak memperbaiki pandangan-pandangan manusia. Salah satu keberhasilan itu adalah koreksi atas teori generasi spontan yang telah ada sejak jaman pertengahan. Teori ini menganggap bahwa makhluk hidup berasal dari makhluk tak hidup. Contohnya, katak muncul dari lumpur, serangga dari sisa makanan, kain kotor yang ditaburi gandum dapat memunculkan tikus, dan belatung berasal dari daging. Setelah bekerja keras melalui penelitian yang panjang, Louis Pasteur, seorang ilmuwan kenamaan Prancis, mengumumkan kesimpulannya yang menggugurkan teori generasi spontan maupun teori evolusi Charles Robert Darwin.

Pasteur mengungkapkan hal berikut: ”Dapatkah materi melakukan pembentukan dirinya sendiri? Tidak! Sampai saat ini tidak ada faktor-faktor yang dengannya orang dapat membuktikan adanya makhluk hidup-makhluk hidup mikroskopis yang dapat hidup di bumi tanpa adanya induk yang menyerupai sebelumnya.”Penemuan-penemuan dibidang sains memperbaiki teknologi. Sementara itu, kemajuan teknologi menunjang pencapaian penelitian.

Tinggalkan Komentar