Untukmu Sang Pencuri Hatiku

يا من سرقت قلبي مني، يا من قادتني الى الخيال

Duhai engkau yang mencuri hatiku dari diriku, duhai engkau yang membawaku berkhayal,..

أهديتك قلبي وروحي، ورسمت معك احلامي

Aku hadiahkan hati dan  jiwaku untukmu, dan mimpiku akan selalu bersamamu…

 

🙂 Ehemm… Maaasya Allah… Ajiiib 🙂

jakarta, Nov 2010

2 Responses to Untukmu Sang Pencuri Hatiku

  1. Anonim says:

    AKU CINTA PADAMU !!!
    SEJAK PERTAMAKALI KITA BERTEMU SAMPAI AKHIR HAYATKU

    AQ merupakan petunjuk dalam menjalani kehidupan (QS 2:2), membuat petunjuk hidup yang lengkap yang dijelaskan secara rinci (QS 11:1, 6: 14). Begitu banyak pernyataan AQ yang menunjukkan bahwa ia merupakan petunjuk yang bisa berdiri sendiri tanpa perlu penjelasan yang lainnya. Termasuk penjelasan mengenai hubungan antara seorang wanita dan pria.
    Hidup manusia lebih separuhnya dijalanini dengan hidup berpasangan (menikah). Jika rerata umur harapan hidup 65 tahun dan umur menikah 25 tahun bearti hampir 2/3 hidup dihabiskan/dilalui dengan pasangan. Belum lagi jika masa taaruf/pacaran dimasukkan sehingga hubungan ini sangat mendominasi kehidupan manusia. Jadi hubungan antara wanita dan pria sudah pasti diatur oleh AQ. Bagaimana AQ mengatur hubungan ini?
    Hubungan pria dan wanita dimulai beragam baik dari yang terlambat “mulanya biasa saja akhirnya jatuh cinta” sampai yang mekar dini yakni saat “pandangan pertama langsung jatuh hati” atau yang sering menjadi “model konvensional agama Islam”: taaruf. Model taaruf ini bervariasai mulai langsung jadi (dengan sistem proporsal) sampai survey (melalui utusan). AQ langsung mengambil start di ekstrim awal yakni di pandangan pertama, dengan menceritakan kisah kehidupan Musa dan Istrinya (QS 28: 23-27).
    QS: 28:23 Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya”.
    QS 28:24: Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdo’a: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku”
    Kisah ini bukan dengan tidak sengaja Allah sampaikan. Banyak pelajaran yang dapat diambil. Banyak aplikasi ayat-ayat konsep pada kisah ini. Salah satunya taaruf/pacaran. Kelompok ayat ini dimulai dengan latar belakang kisah: lokasi kejadian yang sempit (suatu daerah dengan hanya satu sumber air), selanjutnya observasi Musa terhadap kejadian “ganjil” (dua wanita sedang menghambatkan ternaknya), yang diikuti perkenalan (tentunya AQ tidak perlu menceritakan perkenalan dirinya dengan kedua gadis tersebut, karena tidak mungkin Musa tanpa ba bi bu langsung main tanya saja, paling tidak perkenalan ini dimulai dengan saling senyum, senyum manis tentunya!) dan selanjutnya Musa ingin mengetahui permasalahan kedua gadis tersebut. Ayat selanjutnya memperjelas mengapa Musa ingin mengetahui permasalahan kedua gadis tersebut. Karena Musa tertarik untuk memecahkan kejadian “ganjil” tersebut. Kenapa Musa tertarik? Dijelaskan oleh kalimat setelahnya yakni dengan doa Musa. Doa Musa “Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku”. Jadi Musa menginginkan suatu kebaikan. Jadi Musa “tidak betul-betul ikhlas” dalam menolong, dalam kata lain Musa memiliki misi tersembunyi dalam menolong kedua gadis tersebut. Satu misi yang jelas-jelas diketahui oleh dirinya dan Tuhannya. Misi pamrih berupa kebaikan terhadap kebaikan yang telah dilakukannya. Kebaikan apa yang diminta Musa? Dapat diketahui pada ayat selanjutnya:
    28:25] Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami”. Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu’aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), ia berkata: “Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu”.
    Pamrihnya Musa ternyata ia telah “bermain rasa” dengan salah satu wanita tersebut, yang mengakibatkan wanita inipun mengetahui “perasaan” Musa, sehingga dia menunjukkan sikapnya dengan jalan malu-malu. Jalan malu-malu merupakan manifestasi “falling in love”. Jatuh cinta pada wanita ini juga diberitahu oleh ayat ini, yakni “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami”. Kalimat yang sengaja Allah petik langsung dari wanita ini. Bapaknya memanggil Musa pastilah disebabkan karena begitu fantantisnya/agresifnya wanita ini menceritakan kebaikan Musa. Cerita yang dinarasikan oleh wanita yang sedang jatuh cinta. Jika disampaikan dengan biasa-biasa saja, kebaikan yang tidak terlalu fantantis, pastilah tidak menyebabkan Musa dipanggil bapaknya. Musapun memiliki perasaan tersebut (lihat QS 28:24) yang diperkuat dengan mendatangi bapak wanita tersebut. Jika perasaan Musa biasa-biasa saja, tidak mungkin ia mendatangi bapak tersebut mengingat statusnya sebagai “boronan”. Musa berterus terang terhadap statusnya (hal ini penting dikemukakan dalam menjalani hubungan dengan wanita pertama kali). Pernyataan Syu’aib: “Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu” menunjukkan saat Musa mendekati ke-2 wanita ia berani melawan resiko tertangkap. Tetapi pastilah ia betul-betul mempertimbangkan bahwa peluang untuk tertangkap kecil resikonya. Dari dua ayat ini dapat disimpulkan lelaki yang sedang jatuh cinta haruslah memanifestasikannya dengan mengambil resiko dan menawarkan kebaikan. Maaf saya menulis dengan kata-kata “jatuh cinta”, bukan untuk mendramatisir tulisan ini tetapi saya tidak dapat mengambil perbendaharaan kata yang lain selain “jatuh cinta”.
    Ayat selanjutnya: QS 28:26 : Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”
    Musa yang berani mengambil resiko tertangkap dan telah menawarkan kebaikan serta dalam “jatuh cinta” (akan diperkuat lagi oleh ayat sesudahnya) betul-betul membuat wanita tersebut tidak hanya pasif untuk tidak kehilangan lelaki yang menawan ini. Maka ia mengajukan usul agar pertemuannya dengan Musa tetap berlanjut, yakni “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”. Ia takut jika ia tidak mengusulkan ini, bisa saja Musa pergi ke daerah lainnya. Maka penilaian subjektifnya dipakainya: orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. Jadi dapat disimpulkan wanita yang jatuh cinta pada lelaki yang jatuh cinta tidak cukup dengan menujukkan sikap pasif berjalan malu-malu (merona-rona, tersipu-sipu) tetapi juga mengambil suatu aksi untuk mempertahankan hubungan tersebut.
    QS: 28:27: Berkatalah dia (Syu’aib): “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”
    Maka ayah yang bijak ini, faham betul tentang rasa yang ada dalam diri putrinya dan apa yang terdapat dalam diri Musa, sehingga ia harus menilai kesungguhan lelaki yang baru dikenalnya ini. Apakah betul-betul Musa memiliki rasa cinta yang besar terhadap putrinya? Apakah ia lelaki yang bertanggung jawab? Apakah ia sanggup menlindungi putrinya? Apakah pemuda ini pemuda yang baik?, dan seterusnya. Sehingga ia mengajukan tantangan kepada Musa:
    “kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu”. Tantangan yang berat, tidak mudah, tetapi mampu dilakukan Musa. Ternyata Musa memiliki rasa cinta yang besar sehingga tantangan inipun disanggupinya.
    Penyetingan kisah taaruf ala Musa ini di AQ menabrak pakem-pakem taaruf konvensional dan pacaran, dimana dikedua terakhir ini memiliki prinsip wanita yang dinilai. Menurut AQ bukan wanita yang dinilai tetapi lelakilah yang dinilai/dievaluasi dan wanita “penuh” penjagaan dari pihak keluarga.
    Jadi sedari awal pertemuan, AQ meriwayatkan hubungan suami istri berdasarkan rasa cinta (mohon maaf lagi saya mengunakan istilah ini) yang besar sebelum menikah. Rasa yang menyebabkan lelaki sanggup berkorban untuk wanita pujaannya.
    Hal ini diperkuat oleh pernyataan ayat-ayat AQ lainnya. Lihat QS 4:4.
    QS 4:4: Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.
    Memberikan mas kawin yang tidah murah tetapi mampu dilaksanakan oleh lelaki dengan pemberian dengan penuh kerelaan, hanya sanggup dilakukan oleh lelaki yang penuh cinta. Jika tidak cinta pasti tidak rela, jika separuh cinta pasti separuh rela. Penuh kerelaan berarti penuh cinta. Jadi sangat wajar aplikasi ayat ini ada pada cerita Musa. Musa penuh cinta.
    Jadi dasar pernikahan menurut AQ adalah “penuh cinta”. Sehingga wajar, pembentukan keluarga yang baru dibangun dengan penuh cinta. Keluarga yang eutopia. Suami menyayangi istri dan juga sebaliknya. Sehingga si Istri bersedia rela mahar yang telah diberikan padanya dipakai bersama. Si Istri memberikan dengan senang hati. Senang hati karena ia menyakini suaminya yang menjadi belahan hatinya tak kan menyia-nyiakan dia (misalnya melakukan poligami). Senang hati karena ia sangat mencintai suaminya. Ia bahagia memberikan haknya untuk suaminya sehingga dapat dibayangkan keluarga ini berada di puncak kebahagiaan. Pemberian itu yang sedap lagi baik akibatnya. Sedap lagi baik akibatnya karena mereka saling cinta. Jadi keluarga menurut AQ tidak hanya dibangun atas rasa cinta yang kuat saat taaruf tetapi juga berjalan di atas cinta yang kuat dan terus berjalan dengan keadaan seperti itu.
    Perkawinan yang berdasarkan cinta yang kuat menyebabkan penuh “warna”. Masing-masing pasangan berusaha untuk setia dan saling memahami. Maka tidak mengherankan Tuhan mencontohkan sesuatu yang negatif, yakni ketika Adam dan Hawa rela melakukan bersama-sama larangan Allah. Mereka “saling memahami”. QS: 2:36: Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula …….”. Saling memahami ini juga dapat dilihat pada kasus Ayub. Istri yang tidak tahan menderita saat puncak penderitaan terjadi dapat dipahami ayub setelah ia keluar dari cobaan tersebut. Walaupun ia tak habis mengerti, ia merasa ditinggal istri saat cobaan terberat, karena itu ia bersumpah untuk mencambuk istrinya 100 kali. (QS21:83-84, 38:41-44). Tetapi sumpah ini hanya dilaksanakan dengan cambukan siikat rumput.
    Hidup penuh cinta sampai akhir dikisahkan pada Zakaria, seorang suami yang super setia sampai tua dengan istri semata wayangnya (lihat diulasan dinding FB sebelumnya).
    Nyatalah bahwa AQ memberikan petunjuk “penuh cinta” dan setia pada pasangan. AQ memulainya dari ujung ektrim awal saat pandangan pertama dan terus menerus sampai berakhir diujung ektrim lainnya yakni saat mendekati ajal. Hidup yang penuh cinta, dimana cinta dimanifestasikan dengan kebertanggungan jawaban yang total yang dijaga dengan kemauan dan kemampuan yang tertinggi saat awal pertemuan dan dimaintenance terus menerus, serta diakhiri dengan menjaga rasa, komitment, toleransi, pengertian, menghormati, dan saling menyanyangi diakhir hayat.
    Jadi cintailah istri/suami dengan cinta yang sebenar-benarnya !!! Karena cinta kita padanya merupakan salah satu keinginan Allah kepada umatNya.

  2. Ganie, Indra - Bintaro Jaya - Tangerang Selatan, Banten says:

    Izinkanlah saya menulis / menebar sejumlah doa, semoga Allaah SWT mengabulkan). Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘alamiin.

    Lebih dan kurang saya mohon maaf. Semoga Allaah SWT selalu mencurahkan kasih sayang kepada kaum Muslim. Aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.

    Asyhaduu anlaa ilaaha illallaah wa asyhaduu anna muhammadarrasuulullaah

    A’uudzubillaahiminasysyaithaanirrajiim

    Bismillahirrahmaanirrahiim

    Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin,
    Arrahmaanirrahiim
    Maaliki yaumiddiin,
    Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin,
    Ihdinashirratal mustaqiim,
    Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghduubi ‘alaihim waladhaaliin

    Aamiin

    Bismillaahirrahmaanirrahiim

    Alhamdulillaahirabbil ‘aalamiin, hamdan yuwaafi ni’amahu, wa yukafi mazidahu, ya rabbana lakal hamdu. Kama yanbaghi lii jalaali wajhika, wa ‘azhiimi sulthaanika.

    Allaahumma shalli wa sallim wa baarik, ‘alaa Sayyidinaa wa Nabiyyinaa wa Maulaanaa wa Maulaanaa Muhammadin wa ikhwaanihii minal anbiyaa-i wal mursaliin, wa azwaajihim wa aalihim wa dzurriyyaatihim wa ash-haabihim wa ummatihim ajma’iin.

    Ya Allaah, berilah shalawat serta keselamatan dan keberkahan, untuk junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad SAW dan saudara-saudaranya dari para Nabi dan Rasul, dan istri-istri mereka semua, keluarga mereka, turunan-turunan mereka, dan sahabat-sahabat dari semua Nabi dan Rasul, termasuk Sahabat-Sahabatnya Nabi Muhammad semua dan semua yang terkait dengan Nabi Muhammad SAW.

    Allaahumma innaa nas’aluka salaamatan fiddiini waddun-yaa wal akhirati wa ’aafiyatan fil jasadi wa ziyaadatan fil ‘ilmi wabarakatan firrizqi wa taubatan qablal mauti, wa rahmatan ‘indal mauti, wa maghfiratan ba’dal maut. Allahuma hawwin ‘alainaa fii sakaraatil mauti, wannajaata minannaari wal ‘afwa ‘indal hisaab.

    Ya Allaah, sesungguhnya kami memohon pada-Mu keselamatan dalam agama, dunia, akhirat, kesejahteraan/kesehatan jasmani, bertambah ilmu pengetahuan, rezeki yang berkat, diterima taubat sebelum mati, dapat rahmat ketika mati dan dapat ampunan setelah mati. Ya Allah, mudahkanlah kami pada waktu sekarat dan selamatkanlah kami dari api neraka serta kami mohon kemaafan ketika dihisab.

    Rabbana hablana min azwaajina, wa dzurriyyatina qurrata a’yuniw, waj’alna lil muttaqiina imaamaa.

    Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami jodoh dan keturunan sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

    Yaa Allaah, berikanlah segera aku seorang jodoh, sosok yang aku suka sekaligus yang terbaik menurut engkau.

    Yaa Allaah, jadikanlah dia segera mencintaiku, tanpa menunda lagi.
    Yaa Allaah, jadikanlah dia segera mendatangiku, tanpa menunda lagi.
    Yaa Allaah, jadikanlah dia segera berserah diri padaku, tanpa menunda lagi.
    Yaa Allaah, jadikanlah dia segera bersatu denganku dalam ikatan perjodohan yang langgeng dan bahagia dari dunia hingga surga, tanpa menunda lagi.

    RABBI LAA TADZARNI FARDAN WA ANTA KHAIRUL WAARITSIN.

    Ya Allah janganlah engkau tinggalkan aku seorang diri dan engkau sebaik-baik dzat yang mewarisi.

    ALLAAHUMMAFTAHLII HIKMATAKA WANSYUR ‘ALAYYA MIN KHAZAA INI RAHMATIKA YAA ARHAMAR-RAAHIMIIN.

    Ya Allah bukakanlah bagiku hikmah-Mu dan limpahkanlah padaku keberkahan-Mu, wahai Yang Maha Pengasih dan Penyayang

    RABBI INNII LIMAA ANZALTA ILAYYA MIN KHAIRIN FAQIIR.

    Ya Rabb, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.

    Rabbanaa aatinaa fiddun-yaa hasanataw wa fil aakhirati hasanataw wa qinaa ‘adzaabannaar wa adkhilnal jannata ma’al abraar.

    Tuhan kami, berilah kami kebahagiaan di dunia dan kesejahteraan di akhirat, dan hindarkanlah kami dari siksaan neraka serta masukanlah kami ke surga bersama orang-orang baik.

    Rabbanaa taqabbal minna innaka antassamii’ul aliimu wa tub’alainaa innaka antattawwaaburrahiim. Washshalallaahu ‘alaa sayyidinaa wa nabiyyinaa wa maulaanaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa ummatihi wa baraka wassallam.

    Tuhan kami, perkenankanlah do’a-do’a kami, karena sesungguhnya Engkau Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Menerima taubat dan Maha Penyayang. Shalawat, salam dan berkah semoga dilimpahkan kepada junjungan, nabi dan pemimpin kami Muhammad s.a.w, atas keluarganya, sahabatnya dan umatnya semuanya.

    HASBUNALLAAH WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULA WANI’MAN NASHIIR.

    Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung, Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.

    Subhana rabbika rabbil ‘izzati, ‘amma yasifuuna wa salamun ‘alal anbiyaa-i wal mursaliin, walhamdulillahirabbil ‘aalamiin.

    Aamiin, aamiin, aamiin yaa Allaah yaa rabbal ‘aalamiin.

Tinggalkan Komentar